Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Holding BUMN Geothermal yang menggabungkan tiga perusahaan panas bumi yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Geo Dipa Energi (Persero), dan PT PLN Geothermal ditargetkan rampung pada tahun ini.
Adapun dengan penggabungan aset ketiganya, diklaim akan menjadi yang terbesar di dunia dalam installed capacity pembangkit geothermal.
Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia (APBI) Priyandaru Effendi, mengatakan, konsolidasi BUMN panas bumi menjadi satu tujuan utamanya tentu saja untuk efisiensi, optimalisi sumber daya serta mobilisasi dana pemerintah yang terbatas.
"Tentu saja diharapkan konsilidasi ini akan membuat kinerjanya menjadi lebih baik dan menjadikannya world class geothermal player," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (25/6).
Baca Juga: Pertamina Power Indonesia cetak laba US$ 14 juta di tahun lalu
Kendati demikian, Priyandaru mengungkapkan potensi panas bumi di Indonesia masih sangat besar sehingga tidak mungkin bisa dikerjakan semua oleh BUMN hasil konsolidasi ini.
Oleh karenanya, peranan swasta harus tetap terlibat dalam mengembangkan industri panas bumi dalam negeri mengingat peran swasta yang lebih fleksibel di dalam memobilisasi pendanaan.
Adapun peranan swasta secara signifikan baru terjadi apabila harga jual listrik yang dihasilkan sesuai dengan keekonomian proyek atau sesuai dengan resiko yang diambil.
Senada, Peneliti BUMN Research Group Universitas Indonesia, Toto Pranoto memaparkan, Pertamina Geothermal Energy merupakan pemain besar di panas bumi dan saat ini sudah dikonsolidasikan di bawah sub-holding Pertamina Power & Renewable Energy.
Baca Juga: Rencana IPO BUMN panas bumi, ini kata Pertamina Geothermal Energy (PGE)
"Lantas, dengan adanya rencana akuisisi ini maka kekuatan sub-holding ini akan semakin besar. Diharapkan level efisiensi dan produktivitas juga akan meningkat," ujarnya ketika dihubungi terpisah.
Toto menilai, dengan disatukannya perusahaan dalam industri sejenis dalam satu holding , maka nilai ketiga perusahaan panas bumi tersebut akan lebih besar dibandingkan masing-masing jika berdiri sendiri (stand alone).
Hal ini dilihat dari sumber value creation baik dari penciptaan efisiensi ataupun produktivitas yang terus meningkat. "Apalagi Indonesia sedang membutuhkan sumber energi baru dan terbarukan. Maka prospek kehadiran holding geotermal akan positif bagi penggunaan energi green di Indonesia," kata Toto.
Selanjutnya: Semester II tahun ini, Kementerian BUMN targetkan holding panas bumi rampung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News