Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Edy Can
JAKARTA. Musim hujan yang berkepanjangan menghapus kegembiraan petani tembakau. Asosiasi Petani Tambakau Indonesia (APTI) mencatat produksi tembakau tahun ini adalah yang terburuk sepanjang 35 tahun terakhir.
Produksi menurun, begitu juga kualitasnya. “Kami pernah mengalami kondisi buruk saat kekeringan tapi tidak separah saat musim hujan berkepanjangan seperti ini,” kata Abdus Setiawan Ketua APTI kepada KONTAN Minggu (31/10).
Berdasar catatanya, petani tembakau mulai menanam tembakau pada bulan Mei, Juni dan Juli karena pada bulan tersebut tembakau masih bisa mendapatkan hujan. Sebab tanaman ini memerlukan air pada saat masa tanam. Namun pada masa panen Agustus, September dan Oktober tembakau membutuhkan panas matahari, sedang hujan justru membuat tembakau kelebihan kandungan kadar air di daunnya, yang menyebabkan rendemen menurun.
Budidoyo, Wakil Ketua Umum Aliansi Mayarakat Tembakau Indonesia (AMTI) mencatat rendemen pada masa panen tahun 2010 dibawah 10%. Sebab dari 1 kuintal tembakau basah hanya mampu menghasilkan dibawah 6-7 kg kering. Padahal tahun lalu rendemen masih berkisar 18% atau bisa menghasilkan sekitar 18 kg tembakau kering dari 1 kuintal tembakau basah. Karena penurunan rendemen ini, dia memperkirakan produksi tembakau bisa berkurang lebih dari 50% dibanding tahun sebelumnya.
Catatan saja produksi tembakau nasional tahun 2009 adalah 176.937 ton. Tahun ini, produksi tembakau diperkirakan mengalami penurunan sebesar 50% produksi tembakau atau sebesar 8.8468,5kg.
Selain itu hasil panen yang telah diproduksi juga tak bisa seluruhnya terjual. Sebab proses pengeringan menggunakan penjemuran sinar matahari tidak bisa dilakukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News