Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Memasuki periode semester II-2017 ini, PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk berganti haluan pasar. Perusahaan jasa pelayaran tersebut mengalihkan fokus dari semula membidik pasar pengangkutan gas alam cair atau liquified natural gas(LNG) menjadi non LNG.
Salah satu sektor non LNG yang Humpuss Intermoda incar adalah bahan bakar minyak (BBM). Mereka menilai, pertumbuhan pasar pengangkutan BBM bergerak seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk.
Theo Lekatompesy, Direktur Utama PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk mengatakan, pertumbuhan bisnis pengangkutan BBM sekitar 5%-10% setiap tahun. "Ini yang akan kami andalkan," katanya saat dihubungi KONTAN, Kamis (6/7).
Humpuss Intermoda menyeriusi rencana ganti haluan pasar dengan mendatangkan dua kapal angkutan BBM. Kapal yang akan datang pada kuartal III ini, masing-masing berkapasitas 17.000 ton. Total investasi pengadaan kapal mencapai US$ 15 juta.
Adapun pertimbangan Humpuss Intermoda mengganti haluan pasar dari LNG menjadi non LNG karena sejumlah tender proyek pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara alias PLN banyak yang tertunda. Alhasil, setengah tahun ini belum ada kontrak pengangkutan kapal LNG yang didapat.
Padahal proyeksi awal Humpuss Intermoda, sektor LNG bakal bergairah sejalan dengan proyek listrik 35.000 megawatt (MW) yang dicanangkan oleh pemerintah. Namun, proyeksi awal perusahaan berkode HITS di Bursa Efek Indonesia itu tak sesuai harapan.
Peralihan haluan pasar tersebut juga berdampak pada rencana belanja kapal. Tahun ini, perusahaan itu mengurungkan rencana pembelian delapan kapal yang mayoritas untuk meladeni pengangkutan LNG. Paling banter, lima kapal saja yang akan dibeli.
Dari awal tahun, sejatinya Humpuss Intermoda telah mengikuti tiga tender pengangkutan untuk proyek mini LNG PLN. Lokasi pengangkutan ketiganya yakni Bangka Belitung-Pontianak-Nias (Babelponi), Indonesia Tengah dan Gorontalo.
Tiga proyek tersebut sudah sampai tahap pra kualifikasi. "Tapi sampai sekarang belum ada kabar akan tender, kalau tidak ada tender bagaimana mau beli kapal," tutur Theo.
Kemudian Humpuss Intermoda juga mengikuti tender pengangkutan untuk pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Jawa I yang dimenangkan oleh konsorsium Pertamina-Marubeni-Sojitz. Waupun pemenang tender sudah ada, PLN belum menekan kontrak jual-beli listrik dengan konsorsium.
Oleh karena itu, hingga kini PLTGU belum bisa berjalan. Nah buntutnya, Humpuss Intermoda dan konsosrium juga belum bisa meneken kontrak pengangkutan LNG.
Melirik pengerukan
Di samping bisnis pengangkutan, Humpuss Intermoda juga menjalankan bisnis jasa pengerukan atawa dredging pelabuhan. Mereka yakin, prospek bisnis itu menjanjikan di tengah semangat pemerintah mengembangkan sektor kemaritiman lewat program tol laut.
Sementara pelaku industri pengerukan di dalam negeri tak banyak. Kecuali mereka, ada empat perusahaan lain yang semuanya asing. Dua perusahaan berasal dari Belanda dan dua lagi dari Belgia. "Jadi prospek bisnis pengerukan di Indonesia sangat besar," kata Theo.
Lewat aneka strategi bisnis, Humpuss Intermoda optimistis mencetak pertumbuhan pendapatan 10%-15% pada tahun ini. Sementara target pertumbuhan laba bersih adalah dua kali lipat dari target pertumbuhan pendapatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News