Reporter: Ayu Utami Larasati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Tingkat interaksi konsumen dengan CMO (chief marketing officer)ternyata semakin tinggi. Kesimpulan ini berasal dari hasil survei yang dilakukan oleh IBM terhadap 1.700 CMO di 64 negara termasuk 70 CMO di ASEAN.
Hasil survei IBM sebelumnya, CMO di berbagai negara tidak menomorsatukan kemampuan interaksi dengan pelanggan. Hasil survei ini membuktikan adanya pergeseran CMO dalam kegiatan pemasaran.
“Berdasarkan survei IBM ini, perusahaan multinational tidak lagi memprediksi bisnis secara matematis. Tetapi hal yang lebih penting bagi mereka adalah, kemampuan berinteraksi dari COM dengan pelanggan,” kata Charles Njendu, Senior Engagement Manager, Strategy & Transformation, Global Business Services, IBM Singapore, di Jakarta, Kamis, (22/3).
Para eksekutif perusahaan multinational juga akan konsentrasi pada integrated marketing strategy (strategi pemasaran terpadu), jasa layanan serta branding (merek). "Selama ini banyak CMO kurang peka terhadap strategi pengembangan produk, penetapan harga, serta
sales distribution," jelas Charles.
Dari studi yang dilakukan IBM menunjukkan, hal yang paling utama bagi CMO, CEO ( chief executive officer), dan CIO (chief information officer) adalah, strategi pemasaran dan ketersediaan teknologi. "Dengan teknologi, perusahaan bisa mengolah data dengan cepat,” jelas Charles.
Menurut Charles, dengan teknologi, semua urusan marketing bisa dilakukan secara online. Dengan teknologi ini juga, banyak lembaga akan sulit menyembunyikan data, termasuk data transaksi.
“Dari situasi seperti ini, CMO di seluruh dunia termasuk Indonesia menyadari adanya pergeseran paradigma bisnis. Mereka mulai bertransformasi, bahwa data, teknologi, interaksi dengan konsumen merupakan strategi bisnis masa depan,” ungkap Charles.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News