Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi B40 pada Februari 2025 berpotensi semakin menekan kinerja industri pertambangan.
Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, peningkatan B30 ke B40 berpotensi mempengaruhi biaya maintenance alat pertambangan.
"Peningkatan kadar FAME dalam Biodiesel pasti makin berat akibatnya pada maintenance karena sifat-sifat FAME yang negatif," ujar Hendra kepada Kontan, Minggu (5/1).
Baca Juga: Kementerian ESDM: Penerapan B40 Bakal Hemat Devisa Rp 147,5 Triliun
Hendra menambahkan, tantangan lainnya yakni potensi kenaikan biaya dengan perubahan skema subsidi untuk program B40.
Sebelumnya, pemerintah memberikan subsidi untuk seluruh kuota biodiesel jika harga FAME di atas harga BBM.
"Harga acuan yang baru adalah harga FAME yang jauh di atas fossil fuel, tanpa subsidi lagi kecuali harga BBM di SPBU. Akibatnya akan sangat terasa bagi kontraktor pertambangan yang kemudian akan dibebankan ke perusahaan pertambangan khususnya batubara," jelas Hendra.
Baca Juga: B40 Resmi Diluncurkan, Kementerian ESDM Targetkan B50 pada 2026
Asal tahu saja, dalam Program Mandatori B40, pemerintah melalui Kementerian ESDM memastikan dari total kuota biodiesel sebanyak 15,6 juta kilo liter (kL), total alokasi yang didanai pemerintah atau alokasi untuk Public Service Obligation atau Kewajiban Pelayanan Publik (PSO) hanya sebanyak 7,55 kL saja.
Artinya, kurang dari 50% saja kapasitas yang akan disubsidi pemerintah melalui pendanaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Selanjutnya: Pegadaian Dapat Restu OJK Jalankan Kegiatan Usaha Bulion, Jadi Hadiah Tahun Baru
Menarik Dibaca: Hujan Turun Sore dan Malam, Berikut Ramalan Cuaca Besok (6/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News