Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daging kerbau beku yang membanjiri pasar Indonesia dianggap dapat menyulitkan swasembada daging sapi yang ditargetkan akan tercapai pada 2026 mendatang.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana berpendapat, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan harga yang signifikan antara daging sapi segar dengan daging beku, sehingga menurunkan minat peternak dalam memproduksi daging sapi.
"Kondisi saat ini sangat tidak kondusif bagi peternak rakyat. Harga disportif. Lama-lama pada saat peternak tidak lagi memperoleh insentif, mereka akan malas sehingga populasi sapi menurun. Program pemerintah seperti Upsus Siwab tidak akan ada artinya," ujar Teguh kepada Kontan.co.id, Selasa (12/12).
Dia pun berpendapat, dengan harga daging beku Rp 80.000 per kg, banyak pula masyarakat khususnya di Jawa yang sudah beralih ke daging beku. Sementara, pedagang yang juga bergantung kepada pasar akan memilih menjual daging beku
"Peternak kan bergantung kepada pejagal atau pedagang. Kalau pedagang tidak jual, peternak tidak jual. Pedagang juga tidak mau mengambil risiko, karena yang dijual adalah daging segar," tambah Teguh.
Tak hanya itu, impor daging kerbau beku juga menyebabkan menurunnya pasokan sapi lokal. Di daerah di Jawa Tengah contohnya, mulai banyak pedagang bakso yang beralih menggunakan daging kerbau eks impor sebagai bahan baku.
Padahal, serapan terbesar dari daging sapi lokal adalah untuk memenuhi kebutuhan pedagang bakso. Harga yang lebih murah tersebut pula lah yang mendorong pedagang bakso beralih dari daging sapi lokal ke daging kerbau.
Menurut Teguh, adanya daging kerbau beku impor yang dilakukan tahun ini sudah berdampak pada penurunan minat peternak rakyat. Sementara, di tahun mendatang Perum Bulog pun akan kembali mengimpor daging kerbau beku sebesar 31.000 ton.
Jumlah ini masih bisa bertambah, tergantung penugasan dari pemerintah. "Dampaknya tahun ini sudah terasa, bila ke depannya ada impor lagi, dampaknya tidak akan berbeda, dan swasembada sapi akan semakin diragukan," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News