kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Impor sayuran semakin deras masuki Indonesia


Jumat, 15 April 2011 / 08:20 WIB
Impor sayuran semakin deras masuki Indonesia
ILUSTRASI. Teaser foto terbaru series tv Bad Genius produksi Thailand.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Impor sayuran di dua bulan pertama tahun 2011 semakin gencar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor sayuran periode Januari-Februari 2011 senilai US$ 82.641.159. Nilai ini naik 45,99% dari impor periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 56.607.726.

Hasan Widjaja, Ketua Asosiasi Eksportir Sayuran dan Buah Indonesia (AESBI), mengatakan peningkatan impor yang signifikan itu disebabkan oleh harga sayuran impor yang lebih murah ketimbang harga sayuran lokal. Harga cabe merah dari China misalnya, hanya Rp 15.000/kilogram (kg). Tingkat harga ini sudah termasuk biaya ongkos kirim dan biaya impor lainnya. Bandingkan dengan harga cabe merah lokal, yang awal tahun kemarin bisa mencapai Rp 65.000/kg.

Hal yang sama terjadi pada sayuran jenis kentang granola. Komoditi ini biasanya diimpor dari Bangladesh. Harga komoditi ini hanya US$ 30 sen dolar/kg. Padahal, di Indonesia bisa mencapai Rp 7.000-Rp 10.000 kg. Kondisi harga seperti ini membuat pragamatisme pedagang mengemuka. Mereka lebih memilih impor sayuran dari luar karena lebih menguntungkan bagi mereka. Efeknya, impor sayuran Indonesia di awal tahun ini melonjak drastis. "Pedagang tidak memikirkan itu impor atau lokal, yang penting untung itu yang dipilih," ujar Hasan kepada KONTAN, Kamis (14/4).

Benny Kusbini, Ketua Dewan Hortikultura Indonesia, mempunyai pemikiran berbeda. Menurutnya, peningkatan impor sayuran ini sangat wajar, mengingat produksi lokal terhambat cuaca buruk yang melanda Indonesia sepanjang tahun 2010 hingga awal tahun ini. Akibatnya, produksi sayuran lokal tidak mampu menutupi kebutuhan masyarakat. "Jalan satu-satunya ya impor," ujar Benny kepada KONTAN, Kamis (14/4).

Produksi sayuran Indonesia sendiri diprediksi sekitar 10,4 juta ton pada tahun 2009 lalu. Benny memprediksi produksi sayuran tahun 2010 turun 30% dibandingkan dengan tahun 2010. Efeknya, pasokan sayuran lokal pada awal tahun menurun, sehingga memacu impor dari luar.

Benny bilang, selain faktor cuaca buruk, faktor lain yang menghambat produksi adalah petani tidak mendapat stimulus memadai dari pemerintah. Ia mencontohkan, sepanjang tahun lalu banyak tanaman sayuran yang terkena hama sehingga gagal panen. Akibatnya, petani merugi cukup besar. Kondisi itu ternyata tidak lantas membuat pemerintah turun tangan, semisal memberikan subsidi. "Pemerintah hanya memikirkan komoditi seperti CPO saja," tegas Benny.

Petani juga tidak mendapat stimulus saat harga jatuh. Awal tahun ini, harga sayuran jenis tertentu seperti tomat di beberapa daerah sempat jatuh ke level Rp 50-Rp 100/kg. Penyebabnya, pasokan tomat sedang melimpah. Harga yang rendah ini jelas membuat petani kebakaran jenggot. Mereka sama sekali tidak mendapat untung memadai dari hasil panennya.

Benny mengklaim, dalam kondisi tersebut, pemerintah ternyata tidak memberikan program terobosan untuk mengurangi beban petani. Akibatnya, petani banyak yang enggan menanam sayuran karena merasa tidak mendapat untung yang setimpal. "Kalau ini dibiarkan, produksi sayuran kita bisa terus anjlok," ujar Benny.

Mahendra Siregar, Wakil Menteri Perdagangan, mengaku kaget dengan peningkatan impor sayuran yang drastis itu. Menurutnya, banyak aspek yang harus ditelaah dalam impor sayuran ini, seperti kebutuhan konsumen, produksi lokal dan pola pikir pedagang. Namun, ia belum bisa berkomentar lebih lanjut mengenai impor sayuran ini. "Saya akan telaah dulu di mana letak persoalannya," ujar Mahendra, di Jakarta, Kamis (14/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×