kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.378   116,27   1,86%
  • KOMPAS100 917   21,64   2,42%
  • LQ45 719   12,45   1,76%
  • ISSI 200   6,26   3,23%
  • IDX30 376   3,83   1,03%
  • IDXHIDIV20 455   4,97   1,11%
  • IDX80 104   2,63   2,59%
  • IDXV30 111   4,19   3,93%
  • IDXQ30 123   0,99   0,81%

Inalum Ungkap Tarif Trump Tak Berdampak Signifikan bagi Perusahaan, Ini Sebabnya


Rabu, 09 April 2025 / 18:18 WIB
Inalum Ungkap Tarif Trump Tak Berdampak Signifikan bagi Perusahaan, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. Inalum mengungkap dampak dari kebijakan tarif impor baja dan aluminium yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengungkap dampak dari kebijakan tarif impor baja dan aluminium yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump sejak 4 Maret 2025 lalu.

Asal tahu saja, Trump telah lebih dulu menerapkan tarif impor baja dan aluminium sebesar 25%.

Tarif ini berbeda dengan tarif resiprokal atau tarif timbal balik AS kepada beberapa negara di dunia termasuk Indonesia yang sebesar 32%.

Setelah kurang lebih berjalan selama satu bulan, pihak Inalum mengatan penerapan atas kebijakan tarif impor khusus baja dan aluminium tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan industri aluminium Indonesia saat ini, khususnya bagi Inalum.

Baca Juga: Rencana IPO Inalum Masukan dalam Peta Jalan 2025-2029

Namun tarif impor khusus baja dan aluminium serta tarif resiprokal dari AS akan memiliki berdampak pada potensi hancurnya permintaan akibat perang tarif antar negara.

"Namun, kebijakan tarif impor tersebut dapat memiliki dampak menjadi demand destruction akibat
perang tarif antar negara dan volatilitas harga komoditas aluminium," ungkap Direktur Pengembangan Usaha Inalum Melati Sarnita saat dihubungi Kontan, Rabu (09/04).

Kinerja Inalum menurut Melati tidak terlalu dipengaruhi tarif-tarif tersebut karena produksi aluminium masih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Baru kelebihannya untuk kebutuhan ekspor dengan pasar utama yang difokuskan ke negara-negara di Asia dan Eropa," tambahnya.

Tercatat, saat ini Inalum adalah pelopor pertama produsen primary aluminium dalam negeri yang mengoperasikan smelter aluminium beserta seluruh fasilitas pendukungnya yang berlokasi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Dengan kapasitas produksi hingga mencapai 275.000 ton per tahun.


Meski tidak terdampak langsung, Melati bilang terdapat beberapa pelanggan yang memang menggunakan produk
aluminium Inalum yang kemudian melakukan ekspor atas produknya sendiri ke Amerika Serikat.

"Sehingga Inalum akan terus memantau perkembangan atas penerapan kebijakan yang dimaksud khususnya dampak penerapannya terhadap pelanggan-pelanggan kami. Dalam rangka memastikan strategi bisnis yang Inalum lakukan ke depan agar dapat berjalan optimal," katanya.

Baca Juga: Komponen Listrik Bikin Perhitungan Capex Kerjasama Inalum dan EGA Naik 2 Kali Lipat

Inalum Belum Lirik Ekspor ke Amerika Tahun Ini

Berdasarkan data Inalum, produk aluminium yang diekspor ke Amerika Serikat sepanjang tahun 2024 adalah sebesar 0,5% dari total penjualan dalam bentuk aluminium billet.

Asal tahu saja, total penjualan aluminium Inalum sepanjang 2024 mencapai rekor tertingginya sejak tahun 2013 dengan volume hingga 276.381 ton.

Adapun, untuk tahun ini target ekspor Inalum untuk pasar global masih tertuju pada negara-negara di kawasan Asia dan Eropa.

Dengan estimasi kebutuhan ekspor sebanyak 18% dari rencana penjualan sepanjang tahun 2025.

"Saat ini, kami belum ada rencana export ke USA pada tahun 2025," tutup Melati. 

Selanjutnya: Megawati Guncang Korea, Kim Yeon-koung: Timnas Bola Voli Indonesia Bisa Jadi Ancaman

Menarik Dibaca: 3 Cara Membuat Twibbon Online Pakai Aplikasi Canva, Picsart, dan Twibbonize

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×