kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Incar peningkatan ekspor, IKATSI harapkan angin segar dari kepemimpinan Joe Biden


Sabtu, 30 Januari 2021 / 10:18 WIB
Incar peningkatan ekspor, IKATSI harapkan angin segar dari kepemimpinan Joe Biden


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) mengharapkan angin segar dari rezim kepemimpinan Joe Biden di Amerika Serikat (AS). 

Direktur Eksekutif IKATSI Riza Muhidin mengatakan, momentum terpilihnya Biden sebagai Presiden AS ke 46 menjadi harapan baru bagi kebangkitan industri tekstil Indonesia. 

Dalam hal ini, paket stimulus sebesar US$ 1,9 triliun yang kabarnya akan Biden gelontorkan dinilai berpeluang mempercepat pemulihan ekonomi AS dan mendorong permintaan Negeri Paman Sam atas produk tekstil Indonesia.

“Langkah Biden tepat untuk memperbaiki sektor ekonomi yang sudah lama dihantam oleh Covid-19. Stimulus ini diharapkan dapat memperbaiki ekonomi sehingga produk tekstil Indonesia dapat laris manis di pasar mereka,” ujar Riza dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id.

Baca Juga: Berikut potensi circular economi di sejumlah sektor manufaktur

Menurut IKATSI, sebelumnya produk pakaian lokal Indonesia sudah terbilang laris di pasar AS. IKATSI mencatat, realisasi ekspor RI ke AS bahkan sempat meningkat dari US$ 1,6 miliar menjadi US$ 1,87 miliar berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). 

Harapan IKATSI, ekspor produk pakaian lokal Indonesia ke pasar AS bisa kembali meningkat bila pemulihan ekonomi AS berjalan cepat.

Selain berdampak positif bagi industri hilir, pulihnya permintaan pasar AS atas produk-produk pakaian lokal Indonesia juga dinilai berdampak positif bagi industri hulu, sebab permintaan dari industri hilir yang meningkat bakal memicu pertambahan produksi di industri hulu.

Menimbang manfaat-manfaat di atas, Riza berharap pemerintah bisa memaksimalkan kesempatan yang ada untuk memanfaatkan peluang pasar AS.

“Momentum ini juga perlu dilihat oleh pemerintah. Harapannya Kementerian Perdagangan punya nilai tawar dengan pemerintah AS di bawah Joe Biden. Saya lihat Pak Lutfi punya kapasitas dan pengalaman disana,” pungkas Riza.

Sementara itu, Analis Kebijakan Industri dan Perdagangan Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Farhan Aqil Syauqi menyoroti program energi baru terbarukan dengan tujuan pengurangan energi bahan fosil yang ditawarkan oleh Biden.

Baca Juga: Pasar belum membaik, Sri Rejeki Isman (SRIL) tunda rencana penerbitan obligasi

“Menarik ketika Biden mengusulkan untuk menggunakan energi baru terbarukan. Industri tekstil biasanya memiliki pembangkitnya sendiri. Kalau ini dapat terealisasi dan mempengaruhi industri Indonesia dengan perjanjian bilateralnya, maka pengeluarannya akan lebih hemat,” kata Aqil.

Meski begitu, Aqil juga mencermati risiko penguatan dolar AS yang bisa terjadi seiring pemulihan ekonomi AS. Maklumlah, saat ini industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih bergantung pada bahan baku impor.  
“Berbahaya juga jika pemulihan ekonomi AS tidak diimbangi oleh perbaikan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat berimbas pada harga bahan baku yang tidak diproduksi dalam negeri sehingga perlu di impor,” pungkas Aqil.

Selanjutnya: Sri Mulyani tegaskan tidak ada pungutan pajak baru untuk pulsa, token dan voucer!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×