Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perunggasan memiliki peran dan posisi sangat strategis serta berkontribusi besar terhadap sektor perekonomian maupun kesehatan.
Mulai dari penyerapan tenaga kerja hingga mendorong tumbuhnya berbagai industri pengolahan, sektor distribusi dan pemasaran, cold storage, perdagangan hingga restoran, industri perunggasan berperan dalam menggerakkan perekonomian.
Di sisi kesehatan, unggas menjadi sumber protein hewani yang tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya.
Namun demikian, masih banyak persoalan dan kendala di sektor perunggasan ini. Antara lain masalah ketersediaan DOC, ketergantungan bahan pakan impor, persaingan antar perusahaan yang dinamis dan instabilitas harga unggas.
Baca Juga: Mengaku rugi sejak 2019, peternak unggas mandiri minta pemerintah turun tangan
Dengan adanya problematika tersebut akibatnya daya saing produk unggas dalam negeri masih lemah. Tidak mengherankan, di tengah surplus produksi, Indonesia khawatir akan adanya ancaman masuknya impor ayam dari Brasil dan lainnya.
Dengan adanya anomali antara besarnya kontribusi perunggasan dengan berbagai persoalan tersebut, INDEF berinisiatif melakukan kajian secara komprehensif. Kajian INDEF berfokus untuk menyiapkan sebuah concept note sebagai solusi persoalan industri perunggasan di Indonesia.
Hasil kajian tersebut langsung kami serahkan kepada pemangku kepentingan utama perunggasan melalui diskusi publik pada bulan lalu (22/4 ) seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (10/5).
Hadir langsung sebagai perwakilan pemerintah untuk menerima Concept Note Pengembangan Industri Perunggasan, yaitu Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Nasrullah, dan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan,Syailendra.
Baca Juga: Terus merugi, peternak minta tata niaga unggas segera dibenahi
Indef mencatat empat persoalan utama dalam industri perunggasan, yakni: pertama, persoalan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, kedua, instabilitas pakan, ketiga daya saing produk unggas dan keempat ketersediaan data dan informasi.
Berdasarkan persoalan di atas, beberapa rekomendasi kebijakan dan strategi untuk menjawab menjawab isu-isu strategis, antara lain:
Ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.
Menurut Indef, penyediaan DOC yang berkualitas berdasarkan keseimbangan permintaan akhir, melalui beberapa strategi seperti pengaturan impor GPS dengan pertimbangan.
Selain itu, perlu juga kebijakan peningkatan pertumbuhan konsumsi unggas melalui berbagai strategi. Seperti formulasi kebutuhan daging ayam dan produk turunannya.
Juga meningkatkan promosi dan kesadaran untuk konsumsi protein unggas, serta perbaikan distribusi daging unggas dan produk turunannya dan Peningkatan fasilitas rantai dingin
Instabilitas Pakan
Kebijakan penyediaan bahan baku pakan ternak yang cukup dan efisien, melalui beberapa strategi seperti perhitungan ulang kebutuhan jagung nasional
dan peningkatan produksi jagung dalam negeri.
Kebijakan pemberian insentif petani jagung seperti dukungan subsidi benih jagung dan pupuk dan pengembangan kelembagaan off-taker bagi stabilisasi harga jagung.
Juga kebijakan penyediaan bahan baku alternatif protein dalam negeri seperti peningkatan alternatif bahan baku pakan dan dukungan riset sumber bahan baku alternatif pakan unggas.
Kemudian, kebijakan mengefisienkan biaya logistik sentra produksi jagung ke pusat industri pakan seperti pengembangan tol laut di daerah sentra produksi jagung serta membangun investasi pabrik pakan di sentra produksi ayam
Baca Juga: Harga ayam mulai membaik, industri perunggasan menggeliat
Daya saing produk perunggasan
Kebijakan peningkatan daya saing produk unggas di pasar domestik dan pasar ekspor seperti insentif peningkatan modernisasi dan skala usaha produksi budidaya peternakan berbasis biosecurity dan kesejahteraan hewan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Juga insentif untuk penggunaan teknologi close house dan insentif investasi teknologi peternakan serta mendorong peternak kecil untuk melakukan kemitraan
Asumsi produksi dan konsumsi yang tidak sesuai
Kebijakan penyediaan data dan informasi secara transparan, tepat waktu, dan independent melalui mekanisme kewajiban pelaporan data pada rantai pasok unggas dan lembaga pengelola data dan informasi yang independen. Juga membangun sistem pengelolaan data dan informasi yang transparan dan dapat diakses.
Baca Juga: Peternak minta KPPU pastikan keadilan soal tata niaga unggas
Menanggapai Concept Note Pengembangan Industri Perunggasan INDEF, Rachmat Pambudy, praktisi Agribisnis sekaligus Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB menyampaikan bahwa INDEF telah melakukan kajian akademis yang terkini, fundamental dan komprehensif mengenai perunggasan nasional yang dilakukan secara mendalam dan melibatkan hampir semua pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, asosiasi, hingga para peternak.
Kajian ini juga menunjukkan bahwa pengaturan GPS yang telah dilakukan pemerintah telah berdasar penilaian yang lebih terbuka, lebih berkeadilan dan lebih terukur.
"Keberhasilan program pengurangan supply juga tercermin dari perbaikan dan stabilnya harga live bird semenjak Kuartal Empat 2020. Kajian INDEF perlu dilanjutkan untuk menghasilkan peta jalan perunggasan secara menyeluruh,” ucapnya.
Ekonom Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, rekomendasi ini diserahkan kepada 3 Kementerian yang langsung bersinggungan dengan industri perunggasan yakni Kementan, Kemendag dan Kemenko Perekonomian.
"Harapannya dapat segera ditindaklanjuti agar beberapa isu di industri ini dapat segera mendapat solusi untuk kebaikan semua pihak,” ucapnya.
Selanjutnya: Peternak minta KPPU pastikan keadilan soal tata niaga unggas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News