kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

India & China minta CPO RSPO, ini kata Musim Mas


Rabu, 11 Februari 2015 / 17:17 WIB
India & China minta CPO RSPO, ini kata Musim Mas
ILUSTRASI. Tarif promo LRT Jabodebek berupa diskon 78%. KONTAN/Fransiskus Simbolon.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Tiongkok dan India dikabarkan bakal memberlakukan sertifikat berkelanjutan akan produk minyak kelapa sawit yang diimpor. Sebagai negara pengekspor, Indonesia diminta untuk mengantisipasi keinginan kedua negara yang menginginkan produksi crude palm oil atau CPO bersertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

Namun, pengusaha kelapa sawit menanggapi santai rencana tersebut. Sebab, pasar untuk CPO bersertifikat RSPO diyakini belum akan besar. Hal ini dapat dilihat dari produksinya yang masih kecil.

Togar Sitanggang, Corporate Affairs Manager PT Musim Mas mengatakan, rencana Tiongkok dan India menggunakan RSPO belum dapat dipastikan. Sebab, saat ini produksi CPO telah tersertifikat RSPO belum banyak.

“Marketnya masih kecil jadi belum akan berdampak signifikan terhadap perusahaan. Lagi pula itu belum dapat dipastikan apakah Tiongkok dan India menggunakan RSPO,” kata Togar, Rabu (11/2).

Di sisi lain, produksi CPO yang bersertifikat RSPO dunia belum banyak. Meskipun, Indonesia masih memimpin produksi CPO yang bersertifikat RSPO dunia, namun kontribusi CPO Indonesia yang bersertifikat RSPO itu baru 51% dari total produksi 11,2 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×