Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mencoba merangkul lebih banyak produsen kelapa sawit yang lebih kecil. Tak hanya korporasi besar, kini sertifikasi CPO ini juga didorong untuk dimiliki perkebunan kecil.
Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia mengatakan, perkebunan kecil diperbolehkan menggabungkan diri dengan perkebunan lain di sekitarnya untuk mendapat sertifikat.
"Dengan begitu, beban audit akan lebih ringan," kata Desi, di sela-sela acara RT12 2014 di Kuala Lumpur, Selasa (18/11).
Tahun ini, menurut Desi, ada dua grup swadaya lagi di Indonesia yang sudah mendapat sertifikasi, masing-masing dari Palembang, Sumatera Selatan dan Jambi. Tahun lalu, baru ada satu grup perkebunan kecil yang mendaftar untuk RSPO, berasal dari Riau. Grup ini mendaftarkan sertifikasi untuk lahan 600 hektare. Menurut dia, biasanya petani swadaya memiliki lahan di atas 100 hektare.
Grup swadaya itu menambah jumlah areal tersertifikasi di Tanah Air. Indonesia saat ini merupakan produsen CPO tersertifikasi terbesar di dunia. Lebih dari 5,6 juta ton CPO tersertifikasi diproduksi di Indonesia, dari total 11,2 juta ton.
Itu artinya, produksi CPO tersertifikasi di Tanah Air menyumbang sekitar 51% total CPO tersertifikasi di dunia. Sedangkan Malaysia sekitar 41%.
Dari sisi angota, lebih dari 1.700 perusahaan dari lebih dari 50 negara terdaftar menjadi anggota RSPO. Indonesia merupakan negara anggota terbesar keempat, setelah Jerman, Inggris, dan Malaysia. Indonesia memiliki sekitar 110 anggota.
Total area yang tersertifikasi RSPO mencapai 3 juta ha, menyumbang sekitar 18% dari total produksi CPO dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News