Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Namun, laba bersih ITMG mengalami koreksi sepanjang kuartal pertama 2023, dimana ITMG mencetak laba bersih sebesar US$ 182,71 juta, melemah 14,32% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 213,27 juta.
Yulius menjabarkan, ada sejumlah faktor yang membuat bottomline ITMG terkikis. Pertama, kenaikan harga bahan bakar seiring kenaikan harga komoditas energi dunia. Kedua, rasio pengupasan (strip ratio) yang naik 0,4 kali atau sekitar US$ 2 dollar per ton.
Ketiga, kenaikan royalti yang cukup signifikan, dimana pemerintah mengambil harga tertinggi antara harga invoice dengan harga benchmark dari pemerintah. Harga tertinggi ini kemudian dikenakan royalti sebesar 13,5%.
Diversifikasi Bisnis
Ke depan, ITMG mulai melirik sektor non batubara yang akan dijadikan sebagai pundi-pundi pendapatan. Yulius mengatakan, saat ini pihaknya sedang melirik potensi di tambang nikel, komoditas yang bisa mendukung ekosistem kendaraan listrik alias electric vehicle (EV).
Langkah ini mengikuti induk usaha ITMG, yakni Banpu, yang sudah membenamkan investasi di perusahaan baterai listrik, yakni Durapower.
Yulius membocorkan, pihaknya sudah membuka perbincangan dengan beberapa perusahaan tambang nikel. Namun secara ukuran, tambang tersebut tidak begitu besar.
ITMG juga masih berhitung terkait dana yang akan dikucurkan untuk akuisisi ini. Meski punya kas melimpah, ITMG tidak menutup kemungkinan melibatkan perbankan dalam kepentingan akuisisi tambang nikel.
“Misal dari sisi bank bunganya oke, kenapa tidak. Sebab nantinya uang (kas) kami sendiri bisa digunakan untuk hal lain seperti pembayaran dividen,” kata Yulius.
Baca Juga: Laba bersih Indo Tambangraya Megah (ITMG) Turun 14,32% di Kuartal I-2023
ITMG juga terus menggenjot bisnis energi baru terbarukan (EBT). Pada triwulan pertama 2023, pembangunan PLTS PV Bunyut berkapasitas 2 megawatt peak (MWp) telah tuntas, sehingga telah aktif memasok energi bagi kebutuhan operasional pelabuhan di Gugus Melak.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mempertahankan rekomendasi hold saham ITMG dengan target harga Rp 30.400. Rekomendasi ini mencerminkan selera pasar terhadap industri batubara saat ini yang tidak akan setinggi tahun lalu dimana terjadi booming harga komoditas.
Sejauh ini, Mirae Asset Sekuritas mengestimasi, tidak adanya perubahan signifikan terhadap kinerja keuangan dan operasional ITMG.
Oleh karena itu, Mirae Asset mempertahankan estimasi kinerja ITMG, dimana tahun ini pendapatan ITMG diestimasikan sebesar US$ 2,76 miliar dengan laba bersih US$ 745 juta.
“Prospek permintaan batubara global masih relatif kuat menurut pandangan kami, terutama berasal dari China,” kata Rizkia.
Namun, risiko dari rekomendasi ini diantaranya pelemahan harga batubara yang lebih rendah dari perkiraan, perubahan permintaan batubara global, hingga perubahan regulasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News