kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indo Tambangraya (ITMG) Targetkan Penjualan Batubara 22,2 Juta Ton di Tahun 2023


Sabtu, 20 Mei 2023 / 09:25 WIB
Indo Tambangraya (ITMG) Targetkan Penjualan Batubara 22,2 Juta Ton di Tahun 2023


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menargetkan total volume produksi tahun ini berada di rentang 16,6 juta ton sampai 17,0 juta ton batubara. Target ini relatif sama dengan capaian produksi di tahun lalu yakni 16,6 juta ton.

Sepanjang triwulan pertama 2023, ITMG telah memproduksi 3,8 juta batubara ton di tengah curah hujan yang tinggi pada awal tahun. Jika dibandingkan dengan produksi di kuartal pertama 2022, produksi batubara ITMG relatif stabil.

Yulius Gozali, Direktur Corporate Communications dan Investor Relations ITMG meyakini, target produksi batubara akan tercapai. Sebab, dibandingkan angka tahun lalu, target pertumbuhan volume produksi tahun ini tidak begitu tinggi yakni kurang dari 5%.

Selain itu, secara musiman, produksi batubara di kuartal pertama 2023 memang cenderung sedikit. “Ke depan produksi bakal naik secara perlahan. Kebanyakan di periode kuartal ketiga dan kuartal keempat produksi akan naik,” kata Yulius, Rabu (18/5).

Dari sisi penjualan, ITMG menargetkan total volume penjualan sebesar 21,5 juta ton sampai 22,2 juta ton. Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 37% harga jualnya telah ditetapkan, 41% mengacu pada indeks harga batubara, sedangkan sisanya sebanyak 22% belum terjual.

Baca Juga: Volume Naik Saat Harga Jual Tetap, Ini Efeknya ke Pendapatan Indo Tambangraya (ITMG)

Per kuartal pertama 2023, total volume penjualan batubara ITMG mencapai 4,5 juta ton. Jumlah ini naik 4,6% dari penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 4,3 juta ton.

Yulius juga optimistis target ini bisa tercapai. Sentimen pemangkasan produksi batubara China akibat kecelakaan tambang di wilayah Inner Mongolia bisa berdampak positif bagi ITMG, meskipun dampaknya tidak begitu signifikan.

Secara sektoral, Yulius mengamini permintaan batubara belum ada tanda-tanda kenaikan signifikan. China sebagai konsumen terbesar batubara masih bergelut dengan kasus Covid-19, sehingga kebijakan buka tutup lockdown masih diberlakukan.

“Kedua, adanya ancaman resesi yang terjadi di Benua Eropa dan Amerika Serikat (AS). “Dengan itu, otomatis permintaan belum maksimal. Ini sebabnya harga belum bisa naik lagi,” kata Yulius.

 

Meski demikian, dia melihat adanya kemungkinan permintaan akan naik di kuartal ketiga 2023. Sebab,  sejumlah negara akan melakukan restocking menjelang musim dingin untuk mengamankan kebutuhan energi mereka.

Toh, perolehan rata-rata harga jual alias average selling price (ASP)  batubara ITMG masih tumbuh meskipun sangat tipis. Realisasi ASP sepanjang tiga bulan pertama 2023 sebesar US$ 151 per ton atau relatif setara dengan kurun waktu yang sama tahun lalu, yakni senilai US$ 150 per ton.

Dengan kenaikan harga jual rata-rata yang dibarengi dengan kenaikan  volume  jual, ITMG membukukan penjualan bersih sebesar US$ 686 juta atau 7% lebih tinggi daripada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca Juga: China Bakal Kurangi Produksi Batubara, Begini Rekomendasi Saham Emiten Batubara

Namun, laba bersih ITMG mengalami koreksi sepanjang kuartal pertama 2023, dimana ITMG mencetak laba bersih sebesar US$ 182,71 juta, melemah 14,32% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 213,27 juta.

Yulius menjabarkan, ada sejumlah faktor yang membuat bottomline ITMG terkikis. Pertama, kenaikan harga bahan bakar seiring kenaikan harga komoditas energi dunia. Kedua, rasio pengupasan (strip ratio) yang naik 0,4 kali atau sekitar US$ 2 dollar per ton.

Ketiga, kenaikan royalti yang cukup signifikan, dimana pemerintah mengambil harga tertinggi antara harga invoice dengan harga benchmark dari pemerintah. Harga tertinggi ini kemudian dikenakan royalti sebesar 13,5%.

Diversifikasi Bisnis

Ke depan, ITMG mulai melirik sektor non batubara yang akan dijadikan sebagai pundi-pundi pendapatan. Yulius mengatakan, saat ini pihaknya sedang melirik potensi di tambang nikel, komoditas yang bisa mendukung ekosistem kendaraan listrik alias electric vehicle (EV).

Langkah ini mengikuti induk usaha ITMG, yakni Banpu, yang sudah membenamkan investasi di perusahaan baterai listrik, yakni Durapower.

Yulius membocorkan, pihaknya sudah membuka perbincangan dengan beberapa perusahaan tambang nikel. Namun secara ukuran, tambang tersebut tidak begitu besar.

ITMG juga masih berhitung terkait dana yang akan dikucurkan untuk akuisisi ini. Meski punya kas melimpah, ITMG tidak menutup kemungkinan melibatkan perbankan dalam kepentingan akuisisi tambang nikel.

“Misal dari sisi bank bunganya oke, kenapa tidak. Sebab nantinya uang (kas) kami sendiri bisa digunakan untuk hal lain seperti pembayaran dividen,” kata Yulius.

Baca Juga: Laba bersih Indo Tambangraya Megah (ITMG) Turun 14,32% di Kuartal I-2023

ITMG juga terus menggenjot bisnis energi baru terbarukan (EBT). Pada triwulan pertama 2023, pembangunan PLTS PV Bunyut berkapasitas 2 megawatt peak (MWp) telah tuntas, sehingga telah aktif memasok energi bagi kebutuhan operasional pelabuhan di Gugus Melak.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mempertahankan rekomendasi hold saham ITMG dengan target harga Rp 30.400. Rekomendasi ini mencerminkan selera pasar terhadap industri batubara saat ini yang tidak akan setinggi tahun lalu dimana terjadi booming harga komoditas.

Sejauh ini, Mirae Asset Sekuritas mengestimasi, tidak adanya perubahan signifikan terhadap kinerja keuangan dan operasional ITMG.

Oleh karena itu, Mirae Asset mempertahankan estimasi kinerja ITMG, dimana tahun ini pendapatan ITMG diestimasikan sebesar US$ 2,76 miliar dengan laba bersih US$ 745 juta.

“Prospek permintaan batubara global masih relatif kuat menurut pandangan kami, terutama berasal dari China,” kata Rizkia.

Namun, risiko dari rekomendasi ini diantaranya pelemahan harga batubara yang lebih rendah dari perkiraan, perubahan permintaan batubara global, hingga perubahan regulasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×