Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia akan mengalami kelebihan pasokan katoda tembaga pada selepas tahun 2024.
Asal tahu saja, smelter domestik akan memproduksi hingga 1,1 juta ton katoda tembaga di 2025 yang akan berasal dari smelter PTS-Gresik, smelter Amman Mineral yang akan efektif di 2024 dan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI).
Meski produksi katoda tembaga sudah moncer, permintaan katoda tembaga dari domestik baru akan mencapai 300.000 ton di 2025 sehingga ada kelebihan 70% katoda tembaga. Meski permintaan ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga 2040 menjadi sekitar 1 juta ton, tetap saja akan ada kelebihan katoda dari dalam negeri.
Baca Juga: Tambah Kapasitas Produksi Smelter, PT Smelting Investasikan Rp 3,2 Triliun
Rachmat Makkasau, Direktur Utama Amman Mineral Nusa Tenggara menjelaskan proyeksi permintaan katoda tembaga di Indonesia sampai 2039 masih di bawah dari total kapasitas produksi yang tersedia. Maka itu, kata Rachmat, tidak ada masalah dari segi pasokan ke dalam negeri.
“Ini menjadi peluang untuk kita terutama industri hilir untuk melihat dan mengembangkan industri turunan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (13/12).
Saat ini AMNT sedang membangun smelter katoda tembaga di Benete, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sampai Oktober 2022 realisasi pembangunan sudah mencapai 47% dan diproyeksikan akan beroperasi di akhir 2024 mendatang. Adapun smelter ini akan memproduksi 222.000 katoda tembaga.
Rachmat mengakui, pembeli siaga dari produksi smelternya dari dalam negeri mudah dicari dan tidak ada masalah. Sedangkan untuk katoda tembaga yang tidak bisa terserap di domestik tentu akan diekspor.
“(Kelebihan) itu kan ekspor semua, kemungkinan ya. Yang pasti kalau tidak diserap di dalam negeri kan diekspor,” ujarnya.
Rachmat mengungkapkan, permintaan katoda tembaga di dunia akan terus meningkat seiring dengan agenda transisi energi. Dia mencontohkan untuk pengembangan kendaraan listrik dibutuhkan katoda tembaga 3 kali hingga 5 kali lipat daripada tembaga untuk kendaraan berbahan bakar minyak (BBM).
Baca Juga: Indonesia Diprediksi Kelebihan Pasokan Katoda Tembaga di 2025, Ini Kata Menteri ESDM
Selain itu, setiap negara dan perusahaan punya target tertentu untuk mencapai net zero emission (NZE) lebih cepat.
“Namun, hal ini yang menjadi tantangan tersendiri bagi pasokan dan permintaan tembaga di dunia karena kebutuhannya akan lebih besar ketimbang produksinya,” terangnya.
Rachmat melihat, meskipun banyak perusahaan tambang yang menyatakan akan memproduksi dan menemukan cadangan baru, tapi faktanya tidak kunjung produksi karena menghadapi tantangan. Salah satunya belaja modal (capex) yang harus digelontorkan sangat besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News