kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.912.000   -20.000   -1,04%
  • USD/IDR 16.509   98,00   0,59%
  • IDX 6.783   16,01   0,24%
  • KOMPAS100 980   1,17   0,12%
  • LQ45 761   -0,15   -0,02%
  • ISSI 215   0,36   0,17%
  • IDX30 396   0,22   0,05%
  • IDXHIDIV20 473   1,35   0,29%
  • IDX80 111   -0,14   -0,13%
  • IDXV30 115   -0,73   -0,64%
  • IDXQ30 130   0,24   0,19%

Indonesia bisa jadi importir biji kakao


Rabu, 27 Februari 2013 / 06:25 WIB
Indonesia bisa jadi importir biji kakao
ILUSTRASI. Booth Bank Mandiri saat Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) Virtual Event 2021.


Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Indonesia bukan  hanya eksportir kakao, tetapi juga importir komoditas ini. Soalnya, industri pengolahan kakao di dalam negeri juga membutuhkan biji kakao fermentasi impor. Bahkan, tahun ini, impor tersebut diperkirakan akan melonjak hingga 233% dari 30.000 ton tahun lalu menjadi 100.000 ton. Hal ini karena dua pabrik pengolahan kakao beroperasi.


Dua perusahaan pengolahan biji kakao yang beroperasi  mulai awal tahun ini adalah Barry Callebout dari Amerika Serikat (AS) dan JB Cocoa asal Malaysia. Masing-masing memiliki kapasitas terpasang  30.000 ton per tahun.


"Tambahan pabrik pengolahan kakao yang akan beroperasi tahun ini membuat permintaan biji kakao impor meningkat," kata Firman Bakri, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Senin (26/2).


Menurut Firman, dengan beroperasinya dua pabrik baru itu, total produksi kakao olahan asal Indonesia akan meningkat menjadi 500.000 ton - 600.000 ton. Jumlah itu mengalami kenaikan sekitar 71% dibandingkan total produksi tahun lalu yang sebanyak 350.000 ton


Produksi lokal stagnan


Indonesia memang merupakan salah satu negara eksportir biji kakao dunia. Maka,   sebagian besar bahan baku pabrik kakao lokal  dari dalam negeri. Namun industri tersebut tidak bisa lepas diri dari impor bijih kakao. Impor biji kakao diperlukan sebagai campuran untuk menambah cita rasa tertentu dari produk olahan kakao dalam negeri.


Menurut Firman, selain alasan kebutuhan bahan baku penambah cita rasa, peningkatan impor biji kakao juga disebabkan karena penurunan produksi biji kakao domestik. "Peningkatan produksi hilir kakao tidak diimbangi ketersedian bahan baku biji kakao yang mencukupi," katanya.


Produksi biji kakao domestik dalam beberapa tahun belakangan ini tidak mengalami kenaikan bahkan cenderung menurun. Setiap tahun produksi biji kakao hanya berkisar sekitar 450.000 ton - 500.000 ton saja.


Tidak adanya peningkatan produksi kakao dalam negeri membuat kinerja ekspor kakao menurun. Apalagi tiap tahun kapasitas pabrik pengolahan kakao dalam negeri bertambah. Askindo menghitung, pada tahun ini ekspor biji kakao tidak akan lebih dari 100.000 ton, turun 28,1% dibandingkan tahun lalu sebanyak 139.177,11 ton. "Bisa saja tahun depan tidak ada ekspor biji kakao lagi," kata Firman.


Kekhawatiran minimnya pasokan biji kakao dalam negeri juga diutarakan Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Piter Jasman. Jika tahun ini ada dua perusahaan yang mulai beroperasi, tahun depan ada perusahaan lagi yang akan mulai berproduksi.


Beroperasinya perusahaan pengolahan kakao baru, tahun depan kapasitas terpasang pabrik pengolah kakao akan mencapai 510.000 ton, lebih besar dari rata-rata produksi kakao lokal sebanyak 500.000 ton per tahun. "Kalau tidak diimbangi peningkatan produksi kakao dalam negeri, tidak mustahil kita menjadi importir," ujar Piter.


Pada 2013 produksi kakao olahan Indonesia diperkirakan mencapai 450.000 ton, naik 28,5% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan kapasitas membuat ekspor kakao olahan 2013 naik menjadi 360.000 ton dari 280.000 ton.


Pada 2014 perusahaan pengolahan kakao yang akan mulai berproduksi adalah Grup Cargill dengan kapasitas 60.000 ton per tahun. Selain perusahaan asal AS tersebut, sejumlah perusahaan yang sebelumnya sudah berproduksi juga akan menambah kapasitas, seperti BT Cocoa dan Guan Chong.      n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×