Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini
NUSA DUA. Kurangnya jumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia membuat harga jual sawit dari petani kurang optimal. Menurut Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsjad, setidaknya Indonesia butuh tambahan 100 unit pabrik pengolah sawit dengan kapasitas masing-masing pabrik 30 ton tandan buah segar (TBS) per jam.
Ia bilang, untuk mendirikan satu pabrik pengolahan sawit, investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 80 miliar. Penambahan pabrik pengolahan sawit di Indonesia mutlak diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit lokal.
Saat ini, jumlah petani sawit kecil di Indonesia sendiri sangat besar. Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisna Mukti mengatakan dari hasil studi sebanyak 42% produksi sawit berasal dari usaha kecil, 45% dari perusahaan swasta besar. "Sisanya dari PTPN," kata Bayu.
Dari harga rata-rata tandan buah segar (TBS) saat ini sebesar Rp 1.760/kg, petani sawit hanya bisa menjual dengan harga Rp 1.300/Kg. "Karena tidak memiliki pabrik sendiri menyebabkan petani tidak maksimal menentukan harga jual," kata Asmar di sela-sela acara IPOC 2010.
Saat ini jumlah pabrik pengolah sawit di Indonesia mencapai 608 unit yang juga tergabung dalam asosiasi pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki). Sedangkan di luar GAPKI terdapat 102 unit PKS yang mengolah sawit.
Padahal tren harga jual sawit saat ini cukup menggembirakan. Asmar memprediksi, hingga akhir tahun harga crude palm oil (CPO) bisa mencapai US$ 1.200 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News