kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia perlu US$ 80 M bangun infrastruktur gas


Selasa, 07 Februari 2017 / 18:44 WIB
Indonesia perlu US$ 80 M bangun infrastruktur gas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kebutuhan gas dalam negeri yang terus tumbuh sekitar 4%-5% per tahun membuat kebutuhan investasi untuk membangun infrastruktur gas pun diperlukan. Chairman Indonesia Gas Society yang juga menjabat sebagai Plt. Direktur Utama Pertamina Yenni Andayani mengatakan, untuk membangun infrastruktur gas secara menyeluruh Indonesia memerlukan investasi baru sekitar US$ 70 miliar-US$ 80 miliar hingga 2030.

Selain mendukung upaya pemenuhan gas domestik, investasi baru tersebut juga berarti menciptakan ribuan lapangan kerja, memicu pertumbuhan industri, dan juga memacu pertumbuhan GDP Indonesia. “Investasi infrastruktur gas merupakan investasi jangka panjang. Dan untuk menjadi tujuan investasi, Indonesia berkompetisi dengan negara lain. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik di seluruh stakeholder, insentif, harga yang kompetitif, dan memastikan iklim investasi dalam negeri yang baik,” terang Yenni dalam pembukaan International Indonesia Gas Conference & Exhibition 2017 pada Selasa (7/2).

Sementara itu, pertumbuhan kebutuhan energi domestik terus meningkat lantaran adanya pertumbuhan populasi kelas menengah dan meningkatnya gross domestic product (GDP). Angka pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi energi secara global.

Sekitar 15% kebutuhan energi tersebut dipasok dengan gas, sedangkan sisanya dipasok dengan minyak bumi, batubara dan lainnya. Peran gas alam untuk ekonomi Indonesia ke depan akan cukup menonjol yang utamanya dipicu oleh pertumbuhan permintaan gas dari pembangkit listrik PT PLN (Persero) untuk kapasitas total sekitar 14 GW yang merupakan bagian program 35 GW Pemerintah. Juga untuk proyek Refinery Development Master Plan pada empat kilang dan dua New Grass Root Refinery milik Pertamina. Selain itu, pertumbuhan juga akan didukung oleh penambahan kapasitas pabrik pupuk dan sektor transportasi.

“Tantangan selanjutnya adalah upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut dari hulu ke hilir. Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber-sumber gas baru serta membangun infrastruktur gas yang akan mengirimkannya ke konsumen akhir,” kata Yenni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×