kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia tak sempat rasakan tingginya harga karet


Minggu, 19 November 2017 / 14:24 WIB
Indonesia tak sempat rasakan tingginya harga karet


Reporter: Abdul Basith | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya harga karet tidak sempat dirasakan oleh Indonesia karena secara cepat harganya kembali turun.

"Harga karet sempat mencapai US$ 2,35 per kilogram (kg) tetapi cepat turun sehungga tidak dirasakan petani di Indonesia," ujar Ketua Umum Dewan Karet Indonesia, Azis Pane kepada KONTAN, Minggu (19/11).

Azis bilang saat ini harga karet kembali tertekan meski masih di atas harga tahun lalu. Saat ini harga karet sebesar US$ 1,92 per kg. Sementara tahun lalu hanya US$ 1 per kg.

Menurunnya harga karet tidak sesuai perkiraan. Meski perekonomian beberapa negara seperti Amerika, Eropa, serta China melemah, hargabkaret diperkirakan tahun ini akan naik. Azis bilang saat ini justru harga kembaki turun tidak sesuai prediksi.

Azis menduga terdapat spekulasi pasar yang menyebabkan harga karet tertekan. Selain itu musim hujan yang meningkatkan produksi justru digunakan Vietnam dan China menggelontorkan stok yang dimiliki.

Pemberlakuan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yang sebelumnya berhasil mengerek harga diperkirakan tidak akan berhasil apabila dilakukan saat ini. Hal tersebut diungkapkan Azis mengingat posisi Vietnam yang belum bergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC).

Azis bilang saat ini Vietnam menempati peringkat tiga sebagai negara produsen karet. Oleh karena itu Azis berharap Vietnam dapat resmi bergabung dengan konsorsium karet sehingga dapat mengendalikan harga.

"Kalau Vietnam bergabung akan menguasai pasar 84%, sekarang hanya 72% pasar," terang Azis.

Selain Vietnam, negara ASEAN lainnya diprediksi akan mengembangkan perkebunan karet. Hal itu juga mendorong Azis menyarankan pada pemerintah agar membangun kerjasama dengan negara ASEAN. Selain Vietnam, Filipina dan Kamboja sedang mengembangkan industri karet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×