Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Komoditas strategis para petani yaitu singkong, belakangan mengalami nasib buruk. Pasalnya, harganya terus merosot sejak September sampai sekarang.
Anjloknya harga jual singkong dipengaruhi oleh banyaknya stok dipasaran karena tidak diserap oleh industri. Saat ini, harga singkong hanya Rp 300 per Kilogram (Kg) padahal biasanya dapat mencapai Rp 1.600 per Kg.
Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Perdagangan telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengaku bila mereka meminta industri untuk menyerap. " Harganya akan kembali stabil, kami minta industri untuk menyerap (singkong hasil produksi petani)," katanya, Jumat (28/10).
Sedangkan, Dody Edward Dirjen Perdagangan Laur Negeri mengaku bila ke depan mereka bakal lebih dulu menyerap singkong dipasaran sebelum melakukan impor. “Kalau memang singkong (dalam negeri) bisa memenuhi kebutuhan (industri) yang kita serap," tambahnya.
Maklum saja, Sejak pertengahan tahun ini Kemendag telah membuka kran impor tepung tapioka bagi industri makanan dan minuman. Sebelumnya, Winarno Tohir, Ketua Kontak Petani dan Nelayan Andalan (KTNA) mengaku dengan diperbolehkannya impor maka persediaan bahan baku tapioka perusahaan cukup banyak.
Adhi Lukman, Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman mengaku saat ini seluruh singkong petani sudah diserap oleh industri.
"Tidak ada yang tidak terserap, seperti pabrik di Lampung yang bilang semuanya terserap," katanya pada KONTAN, Minggu (30/10).
Hanya saja, harga singkong memang sedang turun. Adhi mengaku bila kondisi ini juga terjadi di negara lainnya seperti Taiwan. Berdasarkan riset KONTAN, kebutuhan tepung tapioka industri mencapai 5 juta ton per tahun. Sayangnya, Adhi enggan menjelaskan total impor tapioka industri.
Untuk meningkatkan nilai jual singkong, seharusnya Pemerintah memikirkan untuk membuat inovasi dan menciptakan produk inovasi baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News