kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,98   13,67   1.50%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri alas kaki merana akibat safeguard tekstil gagal turunkan harga bahan baku


Kamis, 02 Januari 2020 / 13:08 WIB
Industri alas kaki merana akibat safeguard tekstil gagal turunkan harga bahan baku
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja membuat sepatu di PT Hardaya Aneka Shoes Industry ( HASI ) pabrik sepatu Nike di Bitung, Banten, Jumat (3/8). Industri hilir tekstil merana akibat safeguard tekstil gagal turunkan harga. PHO KONTAN/Achmad Fauzie/03/08/07.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah lewat Menteri Keuangan menetapkan safeguard tekstil dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 162 Tahun 2019.

Adapun PMK ini telah diteken pada 5 November 2019. Tiga hari kemudian, safeguard tersebut berlaku. Alih-alih bisa membuat industri semakin kompetitif, nyatanya industri hilir yang butuh kain makin  tertekan. 

Baca Juga: Shortfall penerimaan pajak 2019 terancam membengkak dari tahun-tahun sebelumnya

Sebelumnya Kementerian Perindustrian telah mencoba memberikan fasilitas dialog bagi  industri hilir seperti alas kaki dengan mempertemukan industri tekstil di Bandung, Surabaya, dan Solo. 

"Sayangnya, dari serangkaian pertemuan di tiga daerah tersebut, industri tekstil masih gagal untuk memenuhi kebutuhan industri alas kaki," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri kepada Kontan.co.id, Kamis (2/1). 

Firman menyatakan sejumlah kegagalannya dalam memenuhi kebutuhan industri alas kaki di antaranya dalam menurunkan harganya dan minimum order yang juga masih ketinggian. 

Selisih harga akhir yang diterima industri alas kaki dari industri tekstil bisa mencapai 40% dibandingkan bahan baku impor. 

Baca Juga: Perkuat cadangan kas, COCO akan cari pendanaan eksternal awal tahun ini

Meskipun bahan baku kain yang digunakan untuk sepatu termasuk sedikit, namun keberadaannya termasuk sebagai bahan baku utama. 

Firman bilang industri tekstil juga gagal memenuhi nature bisnis kain itu sendiri, yaitu sebagai  industri fashion yang merupakan fast moving industri.

Saat ini rata-rata industri tekstil hanya mampu memenuhi kebutuhan pada minimum order sebanyak 1.000 meter. Sedangkan kebutuhan industri sepatu hanya berkisar 200 meter. 

Kebutuhan sebesar 200 meter tersebut diperlukan dalam rangka untuk penjajakan market. Jika pada tahap ini mampu dipenuhi, maka pada saat uji pasar produk sepatu bisa diterima konsumen maka industri alas kaki akan melakukan repeat order dalam jumlah besar. 

Baca Juga: Menakar investasi baru di 2020, dari tekstil hingga petrokimia

"Sehingga manakala industri tekstil lokal gagal memenuhi kebutuhan pada tahap pengembangan produk dan uji pasar, maka mereka secara tidak sadar dengan sendirinya sudah kehilangan market berikutnya yang lebih besar." tegas Firman. 

Dari uraian tersebut, Firman menyatakan safeguard tekstil gagal membuat industri tekstil menjadi lebih kompetitif. Namun sayangnya kebijakan ini justru mendorong industri hilirnya yang padat karya menjadi kian tertekan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×