kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Industri Alas Kaki Tertekan Barang Impor, Hipan Ungkap Pabrik Lokal Mulai Tutup


Minggu, 17 Agustus 2025 / 14:05 WIB
Industri Alas Kaki Tertekan Barang Impor, Hipan Ungkap Pabrik Lokal Mulai Tutup
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu kulit di workshop Falio & Boston Jakarta, Rabu (16/7). Industri alas kaki nasional tengah menghadapi tantangan berat di tengah derasnya arus produk impor murah, terutama dari China./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/16/07/2025.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri alas kaki nasional tengah menghadapi tantangan berat di tengah derasnya arus produk impor murah, terutama dari China. 

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Alas Kaki Nusantara (Hipan) David Chalik menuturkan kondisi ini membuat produsen lokal semakin sulit bersaing, bahkan sebagian pelaku usaha terpaksa menutup pabriknya.

“Produksi dalam negeri saat ini dibebani banyak kewajiban mulai dari TKDN, SNI, hingga pajak, sementara barang impor bisa masuk dengan sangat mudah. Imbasnya harga produk lokal jadi lebih tinggi dan sulit bersaing dengan produk impor yang jauh lebih murah,” ungkap David kepada Kontan, Sabtu (16/8/2025).

David mengaku gejolak yang ada saat ini sudah memakan korban. Ia membeberkan, dua anggota Hipan harus menutup pabrik karena tidak mampu bertahan menghadapi tekanan pasar. Menurutnya pasar domestik memang masih ada, tetapi sangat lesu akibat serbuan produk impor.

“Kalau kondisi ini dibiarkan, bisa jadi banyak industri alas kaki lain akan menyusul gulung tikar,” katanya.

Baca Juga: Aprisindo Sebut Peru Bisa Jadi Alternatif Pasar Ekspor Alas Kaki Indonesia

Meski demikian, David melihat masih ada peluang bagi industri lokal. Salah satunya lewat kolaborasi antara merek global dengan produsen dalam negeri, khususnya industri menengah dan kecil. 

“Kalau perusahaan global mau berbagi produksi komponen dengan industri lokal, itu bisa jadi kekuatan. Tidak hanya menggerakkan pabrik, tapi juga membuka lapangan kerja baru,” tuturnya.

Namun, ia menegaskan langkah itu tidak akan cukup tanpa adanya dukungan nyata dari pemerintah. Sayangnya, menurutnya saat ini kebijakan impor yang ada justru kontradiktif.

“Sekarang barang jadi dari luar mudah masuk, tapi komponen produksi untuk industri dalam negeri justru dibatasi. Akhirnya industri lokal semakin terjepit,” kata David.

Maka dari itu, ia mendesak pemerintah memberi keringanan regulasi, terutama bagi UMKM alas kaki. Saat ini, kewajiban TKDN dan SNI dinilai terlalu memberatkan skala usaha kecil. 

David juga menekankan pentingnya keberpihakan pemerintah dalam belanja negara, misalnya pengadaan untuk TNI, Polri, hingga seragam sekolah, agar diprioritaskan kepada produsen lokal.

“Kalau hanya mengandalkan pasar lokal murni, pelaku usaha pasti jenuh. Perlu ada insentif, kemudahan regulasi, dan pasar yang terjamin lewat pengadaan pemerintah. Itu bisa jadi penyelamat,” imbuhnya.

Baca Juga: Bebas Bea Masuk, Ekspor Alas Kaki RI ke Eropa Berpeluang Tumbuh 20%

Selain itu, akses bahan baku dan pendanaan murah juga menjadi kunci. Menurut David, banyak pelaku usaha yang ingin ekspansi atau meningkatkan kualitas produk, tetapi terhambat biaya bahan baku yang tinggi dan keterbatasan modal.

“Kalau bantuan hanya berupa pinjaman sementara pasarnya tidak ada, itu percuma. Industri akan tetap kesulitan bertahan,” katanya.

David mengakui pemerintah sudah memiliki sejumlah inisiatif untuk mendukung industri alas kaki. Namun, ia menilai implementasinya di lapangan masih belum terasa.

“Kalau memang mau melindungi industri dalam negeri, pemerintah harus lebih serius dalam menata arus impor, menyediakan akses bahan baku, dan mendukung pasar untuk produk lokal,” tandasnya.

Selanjutnya: Digitalisasi Membuka Peluang dan Risiko Pelanggaran Nama Domain, Ini Langkah Pandi

Menarik Dibaca: Cara Buka Blokir Facebook dengan Bantuan Pusat Dukungan,Cepat & Mudah Dilakukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×