Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alas kaki Indonesia diperkirakan akan terus mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun 2025, dengan target pertumbuhan mencapai 12 hingga 17 persen.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Yoseph Billie Dosiwoda, menilai bahwa meskipun tantangan di pasar domestik masih ada, sektor ini tetap optimistis melihat potensi besar di pasar ekspor maupun domestik.
"Proyeksi saya pertumbuhan industri alas kaki Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 12% sampai 17% per tahun," kata Billie kepada KONTAN, Rabu (19/2).
Baca Juga: Sektor Penopang Ekonomi Tumbuh Melambat
Meskipun data spesifik terkait kontribusi penjualan pada momentum Ramadan dan Lebaran 2025 belum tersedia, Billie menyebutkan bahwa tren historis menunjukkan peningkatan signifikan dalam penjualan pada periode tersebut.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2022, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) menargetkan kontribusi penjualan Ramadan dan Lebaran mencapai 30% dari total penjualan tahunan.
Data pada tahun 2018 menunjukkan bahwa penjualan ritel modern selama Ramadan dan Lebaran dapat berkontribusi antara 13% hingga 17% terhadap total penjualan tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata bulanan yang hanya sekitar 8%.
"Meskipun data spesifik untuk tahun 2025 belum tersedia, tren historis ini menunjukkan bahwa momentum Ramadan dan Lebaran secara signifikan meningkatkan penjualan di industri alas kaki dan ritel," jelasnya.
Dalam hal kinerja industri, meskipun pasar domestik menghadapi tantangan, sektor ekspor menunjukkan angka yang positif. Hingga triwulan II tahun 2024, industri alas kaki Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,92% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Baca Juga: Jaga Daya Beli, Pemerintah Beri Stimulus Pajak untuk Karyawan di Sektor Tertentu
Indonesia juga termasuk dalam lima besar produsen alas kaki global, dengan produksi mencapai 807 juta pasang pada tahun 2023, di mana sekitar 445 juta pasang, atau 55,4%, diekspor ke berbagai negara.
Namun, meskipun ekspor terus meningkat, konsumsi alas kaki dalam negeri pada tahun 2023 tercatat hanya sekitar 362 juta pasang, dengan konsumsi per kapita hanya sekitar 1,28 pasang per tahun, angka yang relatif rendah jika dibandingkan dengan potensi besar pasar domestik.
"Selain itu, dampak inflasi, terutama di sektor pangan, juga mempengaruhi daya beli konsumen, yang pada gilirannya dapat berdampak pada permintaan domestik," ungkapnya.
Untuk mendukung pertumbuhan industri yang berkelanjutan, Aprisindo menilai perlunya beberapa stimulus. Salah satunya adalah insentif pajak, seperti yang tercantum dalam PMK No 10 Tahun 2025, yang memberikan insentif Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pekerja sektor padat karya, termasuk industri alas kaki, dengan gaji di bawah Rp10 juta per bulan.
"Hal ini diharapkan dapat meringankan beban perusahaan dan meningkatkan daya beli pekerja," harapnya.
Selain itu, penting untuk mempermudah akses pembiayaan bagi industri alas kaki, terutama untuk skala kecil dan menengah, agar mereka bisa mendapatkan pembiayaan dengan bunga rendah atau melalui skema kredit khusus.
Baca Juga: Neraca Dagang Indonesia dengan AS Tercatat Surplus, dengan China Defisit
Billie juga menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia di bidang desain, produksi, dan pemasaran, serta riset dan pengembangan (R&D) untuk mendorong inovasi.
Pengendalian impor dan promosi produk lokal juga dianggap penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produk alas kaki buatan Indonesia.
"Pengendalian Impor dengan menetapkan regulasi yang melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk impor yang tidak memenuhi standar kualitas atau dijual dengan harga dumping," pungkasnya.
Selanjutnya: Tips Lawan Gerakan Tutup Mulut Anak Melalui Metode Gerakan Lahap Makan (GLM)
Menarik Dibaca: Tips Lawan Gerakan Tutup Mulut Anak Melalui Metode Gerakan Lahap Makan (GLM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News