kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri bahan baku baterai mobil listrik siap beroperasi, investasinya Rp 14 triliun


Kamis, 18 Juni 2020 / 20:30 WIB
Industri bahan baku baterai mobil listrik siap beroperasi, investasinya Rp 14 triliun
Pembangunan pabrik bahan baku baterai mobil listrik Harita Nickel di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara sudah memasuki tahap konstruksi akhir dan ditargetkan berproduksi pada akhir 2020.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

Hasyim mengaku selama ini, smelter yang ada di Indonesia menyerap atau menggunakan nikel kadar tinggi atau kadar 1,7 ke atas. Sedangkan proses hidrometalurgi yang dikembangkan oleh Harita di Obi, menggunakan nikel kadar rendah atau di bawah 1,7.

“Teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang sedang dibangun oleh Harita melalui PT Halmahera Persada Lygend (HPAL) akan meningkatkan nilai tambah nikel,” ujar Hasyim.

Baca Juga: Ini kebiasaan yang perlu diterapkan bikers memasuki era new normal

Hasyim menjelaskan nikel kadar rendah yang selama ini terbuang atau tidak terpakai, akan memiliki nilai ekonomis sebagai bahan baku dari pabrik pengolahan dan pemurnian baru ini. Konservasi mineral kita akan semakin baik dan memperpanjang umur tambang. 

Secara singkat, teknologi yang ramah lingkungan ini mengolah bahan tidak terpakai menjadi bahan baku baterai listrik yang bernilai tinggi ke depannya. “Cadangan nIkel kadar rendah sangat banyak di Indonesia termasuk di Malut. Ini kesempatan besar buat Indonesia menjadi pemain dunia batu baterai mobil listrik”, ungkap Hasyim.

Pemerintah Maluku Utara berharap proses konstruksi industri maju ini dapat berjalan dengan lancar dan harus di dukung oleh semua pihak. Industri baru ini akan membutuhkan 1.920 orang tenaga kerja profesional, belum termasuk kontraktor dan industri pendukung lainnya. 

Menurut Hasyim banyak sekali dampak lanjutan berikutnya, seperti putaran ekonomi yang akan memicu dan memacu penguatan ekonomi lokal serta usaha lainnya. Dampak langsung seperti peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyerapan tenaga kerja, hanya sebagian dari dampak lainnya.

Baca Juga: Pembeli mobil baru harus menunggu lama pelat nomor? Ini penyebabnya

“Seperti diketahui, Maluku Utara pada 2019 memiliki PAD sebesar Rp 433 miliar. Jumlah ini tentunya dapat meningkat saat industri ini berjalan. Ditambah lagi, dengan adanya industri ini, potensi Maluku Utara sebagai tujuan investasi semakin besar. Berbagai peluang usaha dari skala kecil sampai besar berpotensi akan tumbuh seiring dengan tumbuhnya investasi,” tambah Hasyim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×