Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri di sektor biodiesel belum tertarik menambah investasi baru. Pasalnya, saat ini kapasitas produksi biodiesel masih melebihi kebutuhan.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menjelaskan, sampai saat ini kapasitas terpasang yang dimiliki sekitar 20 pabrik biodiesel Indonesia sebanyak 12 juta kiloliter. Sementara, biasanya kapasitas yang terpakai hanya berkisar 25%.
Paulus mengatakan, industri baru akan tertarik menggunakan biodiesel ini bila biodiesel yang diproduksi sudah merupakan generasi kedua. "Saran saya, investasi boleh tetapi kalau sudah generasi berikutnya. Generasi kedua ini sudah sama dengan solar, artinya, pakai B100 pun tidak ada masalah. Sementara sekarang masih generasi pertama," ujar Paulus, Jumat (20/7).
Paulus pun mengakui, dibutuhkan dana yang besar bila ingin berinvestasi untuk biodiesel generasi kedua. Meski begitu, sudah banyak perusahaan biodiesel yang mulai mempelajari dan menjajaki biodiesel generasi kedua ini.
Hal senada pun disampaikan oleh MP Tumanggor, Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia. Menurutnya, pihaknya belum berencana menambah investasi baru di sektor biodiesel. Kapasitas produksinya yang masih besar pun menjadi alasan.
"Sekarang sudah ada 12 juta kiloliter, sementara kebutuhan dalam negeri yang tersuplai baru sekitar 4 juta kiloliter. Kan ini masih idle, untuk apa investasi baru," ujar MP Tumanggor.
Menurutnya, pelaku usaha baru akan tertarik menambah investasi baru bila penerapan B30 sudah bisa terlaksana. Pasalnya, dengan kebijakan B30 ini, serapan biodieselnya bisa mencapai 9 juta kiloliter. "Itu pun dari kapasitas terpasang masih bisa memenuhinya," tambah MP tumanggor.
MP Tumanggor menambahkan, saat ini PT Wilmar Nabati Indonesia memiliki kapasitas produksi biodiessel sekitar 3,5 juta kiloliter, sementara kapasitas terpakai baru sekitar 1 juta kiloliter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News