kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.267.000   -15.000   -0,66%
  • USD/IDR 16.638   8,00   0,05%
  • IDX 8.166   73,60   0,91%
  • KOMPAS100 1.140   14,92   1,33%
  • LQ45 837   14,10   1,71%
  • ISSI 284   1,36   0,48%
  • IDX30 440   7,08   1,63%
  • IDXHIDIV20 508   9,69   1,94%
  • IDX80 129   2,21   1,75%
  • IDXV30 138   1,87   1,37%
  • IDXQ30 140   1,63   1,17%

Industri Cat Nasional Bidik Peluang Ekspor Lewat Kesepakatan IEU-CEPA


Rabu, 29 Oktober 2025 / 17:51 WIB
Industri Cat Nasional Bidik Peluang Ekspor Lewat Kesepakatan IEU-CEPA
ILUSTRASI. Pacific Coatings Show & Conference (PCS) 2025 menjadi momentum strategis untuk menangkap peluang pasar akan digelar pada 29–31 Oktober 2025 di Jakarta International Expo (JIExpo), menghadirkan lebih dari 80 merek global dan lokal. Pelaku industri cat nasional mulai membidik peluang ekspor baru seiring pembukaan akses pasar Eropa melalui implementasi IEU CEPA.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri cat nasional mulai membidik peluang ekspor baru seiring pembukaan akses pasar Eropa melalui implementasi Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA). 

Kesepakatan tersebut dinilai membuka babak baru bagi industri cat dan pelapis (coatings) untuk memperluas penetrasi ke pasar global, terutama dengan meningkatnya permintaan produk ramah lingkungan di kawasan Eropa.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI), Kris Rianto Adidarma, mengatakan pelaku usaha dalam negeri tengah mempersiapkan diri untuk memanfaatkan kesepakatan perdagangan bebas itu. Salah satu fokusnya ialah menyesuaikan standar produk agar sesuai dengan regulasi dan preferensi pasar Eropa yang semakin menuntut keberlanjutan (sustainability).

Baca Juga: AS Kekurangan Cengkih, Asosiasi Rempah Amerika Desak Indonesia Segera Kirim Pasokan

“Eropa saat ini sangat ketat terhadap regulasi bahan kimia dan keberlanjutan produk. Industri cat Indonesia perlu bertransformasi menuju produk dengan emisi rendah, berbasis air, dan tidak beracun. Ini bukan hanya soal kepatuhan regulasi, tapi peluang untuk naik kelas di pasar global,” ujar Kris kepada media, di sela pembukaan Pacific Coatings Show & Conference (PCS) 2025) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (29/10).

Menurut Kris, saat ini sebagian besar bahan baku cat di Indonesia masih bergantung pada impor, terutama untuk produk berbasis petrokimia, resin, dan pigmen. Karena itu, dukungan terhadap penguatan industri kimia hilir menjadi faktor penting agar industri cat nasional bisa lebih kompetitif di kancah global.

“Indonesia punya potensi besar karena pasar domestiknya besar, tapi kita masih tergantung impor bahan baku dari China dan Eropa. Untuk memanfaatkan IEU CEPA, pemerintah perlu memperkuat industri petrokimia di dalam negeri agar rantai pasok lebih efisien,” jelasnya.

Ajang Pacific Coatings Show & Conference (PCS) 2025) menjadi salah satu momen penting bagi industri cat nasional untuk memperkuat kolaborasi dan mengakses teknologi baru.

Pameran berskala internasional ini diselenggarakan oleh Vincentz Network dan NürnbergMesse GmbH bekerja sama dengan PT Traya Eksibisi Internasional (Traya Events), berlangsung pada 29–31 Oktober 2025 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran.

Acara tersebut diikuti oleh lebih dari 80 merek lokal dan internasional dari berbagai negara, termasuk Jerman, Belanda, Finlandia, Korea Selatan, Malaysia, China, Singapura, dan Thailand. 

Baca Juga: CNMA Tetap Bagi Dividen Interim Meski Laba Bersih Turun 16% hingga Kuartal III-2025

Sejumlah pemain besar seperti BYK, Niemann, Ceronas, VMA Getzmann, dan Colorindo Chemtra turut menghadirkan solusi inovatif mulai dari bahan baku, sistem aplikasi modern, hingga teknologi produksi yang lebih ramah lingkungan.

Executive Director Exhibitions NürnbergMesse GmbH, Alexander Mattausch, menyebut Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara sekaligus salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia untuk industri cat dan pelapis.

“Kami melihat potensi Indonesia untuk menjadi negara dengan industri cat dan pelapis terbesar keempat, bahkan ketiga di dunia dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang,” ujar Alexander.

Sementara itu, Matthias Janz, Director Trade Shows Vincentz Network, menilai masa depan industri cat akan ditentukan oleh kolaborasi global antarnegara dan perusahaan.

“Industri ini tidak akan dikuasai oleh satu pihak atau negara tertentu. Masa depan ditentukan oleh jejaring kolaborasi lintas sektor yang kita bangun bersama,” ujarnya.

Selain mempertemukan pelaku bisnis dan pemasok bahan baku, PCS 2025 juga menghadirkan seminar internasional dan kursus singkat yang membahas isu strategis seperti teknologi warna, tren keberlanjutan, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM). Program ini dihadirkan untuk memperkuat kompetensi tenaga ahli di sektor cat dan pelapis.

Kris menambahkan, peningkatan kualitas SDM menjadi faktor penentu agar industri cat Indonesia mampu bersaing di pasar global, termasuk untuk memenuhi kebutuhan sertifikasi hijau (green certification) yang semakin menjadi standar di banyak negara.

“Beberapa perusahaan lokal sudah mulai menyesuaikan standar, salah satunya PT Peropan Raya yang menjadi perusahaan cat Indonesia pertama bersertifikasi Green New Deal. Ini bukti bahwa industri lokal siap masuk ke pasar global,” ujar Kris yang juga menjabat CEO PT Peropan Raya.

Kris menegaskan, tren global menuju eco-friendly coatings membuka ruang pertumbuhan baru. Namun, hal itu juga menuntut investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D) serta dukungan kebijakan industri.

“Industri cat adalah industri yang tidak selalu terlihat, tapi sangat dinamis. Inovasi berbasis teknologi dan regulasi terus muncul setiap tahun. Kita harus bisa menangkap peluang ini dengan memperkuat kapasitas nasional dan mempercepat adopsi teknologi hijau,” katanya.

Dengan adanya IEU CEPA, PCS 2025, dan dukungan pemerintah terhadap industrialisasi kimia hilir, pelaku industri cat berharap dapat memperluas pasar ekspor sekaligus memperkuat daya saing di dalam negeri.

“Kita tidak hanya ingin jadi pasar bagi produk luar, tapi juga pemain utama di rantai pasok global. Itu target jangka panjang yang harus kita capai bersama,” tutup Kris.

Baca Juga: CNMA Tetap Bagi Dividen Interim Meski Laba Bersih Turun 16% hingga Kuartal III-2025

Selanjutnya: Harga Emas Fluktuatif, Simak Tren dan Prospeknya Akhir Tahun

Menarik Dibaca: Bagaimana Cara Menyembuhkan Trauma Masa Lalu? Intip Caranya di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×