Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Selama tahun 2014, industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah melakukan pengeboran sebanyak 1.036 sumur. Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dari jumlah itu hingga 31 Oktober 2014, telah diselesaikan 67 sumur eksplorasi dan 969 sumur pengembangan.
“Jumlah itu belum termasuk kerja ulang dan perawatan sumur yang jumlahnya mencapai puluhan ribu,” kata Kepala Humas SKK Migas, Rudianto Rimbono, dalam siaran tertulis yang diterima KONTAN, Minggu (9/11).
Menurutnya realisasi program pengeboran eksplorasi sebesar 51%. Dari 132 sumur yang direncanakan, sebanyak 67 sumur telah selesai dibor. Dari jumlah tersebut, 52 sumur merupakan migas konvensional, sisanya 15 adalah sumur non konvensional.
Untuk survei seismik, geologi, dan geofisika kata Rudi, dari rencana sebanyak 49 kegiatan, terealisasi sebanyak 31 kegiatan atau 63%.
Sementara, pengeboran sumur pengembangan dari rencana 1.324 sumur dalam revisi work program and budget (WP&B) terealisasi 969 sumur atau 73%. Rig atau anjungan yang beroperasi untuk melakukan pengeboran mencapai 62 unit, dengan rincian 45 rig onshore dan 17 rig offshore.
“Masalah yang dihadapi pengeboran sumur eksplorasi dan produksi serupa, seperti pembebebasan lahan, perizinan daerah, hingga studi internal,” kata Rudianto.
Rudianto menjabarkan, kegiatan lainnya adalah kerja ulang dan perawatan sumur. Kerja ulang dari rencana sebanyak 1.102 sumur, terealisasi sebanyak 833 sumur atau 76%. Sedangkan program perawatan sumur dari 32.657 kegiatan terlaksana 24.028 atau 74%.
Dari kegiatan pengeboran sumur pengembangan, diperoleh initial produksi minyak sebesar 52.685 barel per hari (bph) dan 581 juta kaki kubik gas bumi per hari. Sedangkan dari kerja ulang dan perawatan sumur didapat tambahan produksi 26.000 barel minyak per hari dan 286 juta kaki kubik gas bumi per hari.
Total tambahan produksi minyak sebanyak 78.685 barel per hari dan gas bumi sebesar 867 juta kaki kubik per hari. “Tambahan ini untuk mengurangi gap karena produksi yang terus turun secara alamiah setiap tahun,” jelas Rudianto.
Untuk menyelesaikan tantangan yang ada, tindak lanjut yang dilakukan SKK Migas antara lain, melakukan monitoring kegiatan dan koordinasi intensif dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mengalami kendala, komunikasi dengan pihak-pihak terkait, hingga inspeksi ke lapangan. “Kami perlu dukungan seluruh pemangku kepentingan agar kegiatan hulu migas dapat berjalan sesuai rencana,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News