Reporter: Annisa Maulida | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah moratorium perluasan lahan sawit yang dilakukan oleh pemerintah, perusahaan-perusahaan kelapa sawit sudah mulai mengembangkan asetnya dengan tujuan meningkatkan produktifitas kelapa sawit.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menjelaskan, perusahaan kelapa sawit sudah melakukan sejumlah strategi dalam mengembangkan asetnya. Selain menambah luas lahan perkebunan, perusahaan juga menanam bibit unggul untuk area-area yang belum tertanam kelapa sawit.
Selain itu, “Perusahaan sawit juga tengah berupaya memperbaiki produktifitas dengan mengganti aset-aset tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif dengan yang produktif, memperbaiki efisiensi seperti pemupukan, serta memperbaiki infrastruktur jalan-jalan supaya lebih bagus,” lanjutnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (13/10).
Menurut Sahat, satu hal yang perlu dikembangkan mengenai kelapa sawit adalah membuat peraturan di mana kebun-kebun kelapa sawit tidak boleh dialihfungsikan ke tanaman lain.
Sementara itu, dia juga mengakui, perkembangan industri kelapa sawit Tanah Air juga menemui sejumlah kendala. Misalnya saja, produk kelapa sawit tengah menghadapi tekanan global berupa kampanye negatif terhadap ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya.
Namun, lanjut Sahat, bukan berarti industri kelapa sawit menjadi terpuruk. Menurutnya, jika Eropa tidak mau menggunakan minyak kelapa sawit dari Indonesia lagi, minyak kelapa sawit bisa diolah di dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Kalau Eropa tidak mau impor kelapa sawit dari Indonesia, kita tidak usah ekspor lagi. Kita bisa mengolahnya karena sekarang kebutuhan domestik juga sudah mulai besar dan bisa digunakan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Kita bisa mengolahnya untuk bahan bakar, menguasi teknologinya, dan tentu sustainable tetap menjadi patokan kita,” lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News