Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi impor gula mentah baru 1,3 juta ton. Jumlah itu masih jauh dari kuota semester pertama tahun ini sebesar 1,8 juta ton.
Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) beralasan, impor yang masih rendah lantaran ada perubahan masa kirim kontrak yang belum diaudit terhadap jumlah realisasi terkini. "Memang, ada beberapa hal yang menyebabkan angkanya tidak sampai maksimal menjadi 1,8 juta ton. Itu karena kontrak sejumlah industri yang dijadwal ulang ke Mei dan Juni," kata Rachmat Harimoto, Ketua AGRI kepada KONTAN, Ahad (24/6).
Menurut Rachmat, angka realisasi impor sebanyak 1,3 juta ton merupakan laporan sampai April. Sehingga, masih terdapat realisasi kontrak yang belum terukur. Meski begitu, untuk angka impor terkini, dia belum bisa menyampaikan data itu.
Namun, Rachmat yakin, angka akhir pada audit hingga Juni tidak akan terlalu jauh dari kuota impor sebesar 1,8 juta ton. Soalnya, libur panjang Lebaran yang baru saja usai menjadi momentum yang kerap meningkatkan kebutuhan gula di industri.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) Oke Nurwan mengungkapkan, realisasi impor gula mentah yang tak sesuai target semester satu 2018 bisa membuka peluang revisi terhadap jumlah izin impor pada paruh kedua nanti.
Menjawab peringatan itu, Rachmat menyatakan, AGRI bakal menunggu keputusan dari Kemdag. "Kami perlu konfirmasi kembali ke seluruh industri serta industri makanan dan minuman untuk menyamakan angka impor juga stok. Baru kami akan bahas, apakah akan ada penyesuaian atau tidak," imbuhnya.
Hanya, minat industri untuk mengimpor gula mentah masih besar. Sebab, kemampuan produksi gula dalam negeri masih belum bisa memenuhi kebutuhan nasional. Untuk itu, Rachmat optimistis, masih ada kesempatan untuk memenuhi kuota impor gula mentah yang ditetapkan Kemdag. Untuk tahun ini, Kemdag mengeluarkan izin impor gula mentah sebesar 3,6 juta ton.
Tapi, Soemitro Samadikoen, Ketua Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), justru menganggap, angka realisasi impor gula 1,3 juta ton itulah yang jadi kebutuhan riil industri. "Jumlah itu pun masih ada yang bocor ke pasar konsumsi," katanya.
Soemitro menambahkan, ketidaksesuaian realisasi impor tersebut akibat stok gula nasional berlebih. Ini setelah impor gula mentah masuk sejak awal tahun 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News