kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri manufaktur terseret kelesuan ekonomi


Selasa, 01 Agustus 2017 / 19:32 WIB
Industri manufaktur terseret kelesuan ekonomi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Industri manufaktur selama kuartal kedua tahun ini tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal pertama lalu. Bahkan, industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) mengalami perlambatan terparah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan IMK kuartal kedua tahun ini hanya 2,5% year on year (YoY). Angka itu jauh lebih lambat dibanding kuartal pertama yang sebesar 6,63% YoY.

Bahkan, pertumbuhan kuartal kedua menjadi pertumbuhan terendah dibanding kuartal-kuartal berikutnya. Berdasarkan data sejak kuartal pertama 2015, pertumbuhan industri ini paling rendah hanya sekitar 4% YoY.

Tak hanya itu, perlambatan IMK yang lebih parah dibandingkan industri manufaktur besar dan sedang (IBS) juga tidak wajar. Sebab, biasaya pertumbuhan IMK selalu lebih tinggi dari IBS.

IBS sendiri di Juli tercatat tumbuh 4% YoY, melambat dari kuartal sebelumnya yang sebesar 4,46% YoY. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, rendahnya kinerja IMK kuartal kedua tahun ini disebabkan karena IMK lebih terdampak langsung pada lesunya ekonomi.

Selama ini, IMK merupakan industri yang bergerak mendukung IBS. Sementara itu, IBS masih memiliki inventori ketika menghadapi lesunya ekonomi.

"Jadi waktu industri besar yang menjual mobil misalnya, dengan ekonomi yang melambat, ada potensi mobil tidak terjual semua, berarti dia ada inventori. Nah ketika dia masih punya inventori, dia bilang UKM jangan kirim dulu deh. Jadi UKM merasakan dampaknya lebih besar," kata Lana saat dihubungi KONTAN, Selasa (1/8).

Perlambatan permintaan IBS kepada IMK juga tersebut kata Lana, terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan sejumlah industri.

Diantaranya, industri kendaraan bermotor yang turun 6,68% YoY di kuartal kedua tahun ini, industri peralatan listrik yang turun 7,21% YoY, dan industri jasa reparasi dan pemasangan mesin sebesar 7,96% YoY.

Menurut Lana, hal ini perlu menjadi perhatian khusus. Sebab, pemerintah juga telah mendorong industri kecil dan menengah, salah satunya melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga yang murah.

"Apakah mereka tidak menikmati? atau tidak ada order? Mungkin bisa dikonfirmasi pertumbuhan kredit usaha rakyat (KUR) berapa. Jika rendah, maka itu konsisten dengan kinerja IMK," tambah dia.

Sementara pertumbuhan industri makanan dan pakaian jadi masing-masing sebesar 5,82% YoY dan 4,1% YoY kata Lana, terbantu dengan musim puasa dan lebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×