kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri mebel terancam pasokan kayu


Rabu, 16 April 2014 / 10:03 WIB
Industri mebel terancam pasokan kayu
ILUSTRASI. Kenali Penyebab Sesak Napas Akibat Stres dan Cara Mengatasinya


Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Rencana Kementerian Kehutanan (Kemhut) membuka ekspor kembali kayu bulat atau kayu log membuat pelaku industri mebel gelisah. Jika keran ekspor dibuka, industri mebel khawatir pasokan bahan baku kayu untuk produksi mebel bakal berkurang.

Rudi Halim, Chairman PT Rimba Central Management Group (RCM) mengatakan, rencana pembukaan ekspor log akan merugikan pengusaha mebel. Alasannya, jika keran ekspor log dibuka, semua kayu akan diekspor.

Menurut Rudi, demi memenuhi kebutuhan bahan baku untuk memproduksi mebelnya, selama ini perusahaan telah mengimpor kayu dari Brasil. "Kami akan makin kesulitan bahan baku. Sehingga harga bahan baku juga bakal naik hingga 8%," katanya, Selasa (15/4).

Imbasnya, ongkos produksi juga bakal meningkat. Pasalnya, bila kayu bulat diekspor, maka pengusaha mebel harus membeli kayu impor yang harganya bisa lebih mahal.

Abdul Sobur, Seketaris Jenderal Asosiasi Mabel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) menambahkan, selama ini kebutuhan kayu untuk bahan baku mebel nasional mencapai 20 juta meter kubik per tahun. Volume bahan baku ini susut sekitar 20% dalam dua tahun terakhir. "Jika ekspor log benar-benar dibuka kembali, kami akan gulung tikar karena tidak ada lagi bahan baku," katanya.

Produsen mebel nasional semakin terpukul lantaran bisnis mebel dalam beberapa tahun terakhir juga jalan di tempat karena tergerus produk impor. Sementara itu, perusahaan juga tak bisa menaikkan harga jual produk karena khawatir daya beli masyarakat makin susut.

Untuk bisa bertahan, mau tak mau, Rudi bilang produsen mebel hanya bisa melakukan efisiensi demi menekan biaya produksi. Tahun ini, Rudi menargetkan omzet produksi RCM Rp 1 triliun, sama seperti tahun lalu. Dari produksi itu, sekitar 60% akan dijual ke pasar ekspor. Sedangkan sisanya sebanyak 40% untuk pasar domestik.

Saat ini Kementerian Kehutanan berencana untuk membuka kembali keran ekspor log. Alasannya, selama ini industri kehutanan lesu dan nyaris tak ada investasi baru. Dengan dibukanya ekspor log, Kemhut berharap bisnis dan investasi di sektor kehutanan bisa kembali bergairah.

Keran ekspor log yang dibuka ini terutama untuk kayu dari hutan tanaman industri, khususnya kayu pertukangan. Rencananya, ekspor kayu log ini akan ditetapkan dengan sistem kuota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×