Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Untuk memulai ekspor, menurut Fransiscus bukan tanpa tantangan, perusahaan harus betul-betul paham kebutuhan negara tujuan ekspor. Selain soal demand, perusahaan juga berhadapan dengan regulasi pemerintah di tempat tujuan ekspor yang tentu memiliki kebijakan tersendiri.
Meski demikian, semua itu tak menjadi halangan bagi Toyota untuk terus meningkatkan ekspor kendaraannya. "Target kami yang utama sebenarnta menyeimbangkan demand dengan supply. Jadi ketika ada kebutuhan, maka akan kami isi," sebut Fransiscus.
Mengulik data ekspor Gaikindo, sampai September 2018 penjualan luar negeri Toyota mencapai 101.171 unit. Merek Toyota digadang-gadang sebagai pengekspor terbesar untuk kendaraan utuh di tingkat nasional, dimana porsinya mencapai 80% dari total ekspor mobil Indonesia.
Jika kedua brand mobil tadi sudah mulai eksis bermain di ranah ekspor, sementara Honda mulai melirik potensi penjualan ke luar negeri. Jonfis, Marketing & After Sales Service Director Honda Prospect Motor (HPM) mengatakan memang ada rencana untuk ekspor Honda Brio terbaru.
Hanya saja kapan dan bagaimana, Jonfis belum dapat membagi detilnya saat ini. "Hanya itu yang dapat kami informasikan saat ini, namun untuk ekspor kami sudah ada dengan komponen yang (nilai ekspor) tahun lalu nilainya Rp 9,5 triliun," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/10).
Sebelumnya Honda hanya melakukan ekspor CBU untuk model Freed sejak 2009 lalu, dan berhenti 2016, saat produk tersebut tak lagi diproduksi lokal. Pascapenyetopan itu, Honda hanya melakukan kegiatan ekspor buat komponen saja.
Sejak pertama diluncurkan pada 2012, Honda Brio sampai sekarang sudah terserap pasar lebih dari 246.000 unit di Indonesia. Selain di Tanah Air, mobil kota (city car) Honda itu juga dijual di beberapa negara di dunia. Beberapa negara yang menjual Brio, yaitu Tunisia, Bhutan, Nepal, India, Thailand, Bangladesh, Filipina, Kenya, Mauritus, hingga Afrika Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News