kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.290.000   -15.000   -0,65%
  • USD/IDR 16.653   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.164   -20,19   -0,25%
  • KOMPAS100 1.136   -7,73   -0,68%
  • LQ45 832   -5,41   -0,65%
  • ISSI 282   -1,61   -0,57%
  • IDX30 437   -3,69   -0,84%
  • IDXHIDIV20 503   -5,62   -1,10%
  • IDX80 128   -0,88   -0,68%
  • IDXV30 136   -1,98   -1,44%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Industri Penerbangan Sambut Nataru, Rute Internasional Diprediksi Lebih Bergairah


Minggu, 02 November 2025 / 12:51 WIB
Industri Penerbangan Sambut Nataru, Rute Internasional Diprediksi Lebih Bergairah
ILUSTRASI. Industri penerbangan tengah bersiap menghadapi lonjakan permintaan penumpang pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri penerbangan tengah bersiap menghadapi lonjakan permintaan penumpang pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.

Sejumlah maskapai anggota Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mulai menambah frekuensi penerbangan hingga membuka rute tambahan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang, baik di rute domestik maupun internasional.

Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto menyebut, sebagian maskapai telah menambah armada untuk menghadapi periode puncak liburan kali ini sebagai langkah antisipasi kenaikan permintaan.

“Penambahan sesuai dengan ketersediaan pesawat. Ada penambahan armada di beberapa maskapai, tetapi tidak signifikan jumlahnya,” ujar Bayu kepada Kontan, Minggu (2/11/2025).

Baca Juga: Maskapai Siap Gunakan Campuran SAF 1%, INACA Minta Penyesuaian Tarif Batas

Ia merincikan, rute-rute domestik tujuan wisata seperti Denpasar dan Yogyakarta masih menjadi destinasi favorit pada periode libur akhir tahun ini. Sementara untuk rute internasional, permintaan tertinggi diperkirakan mengarah ke Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Hong Kong.

Bayu memperkirakan jumlah penumpang akan meningkat cukup signifikan dibandingkan periode Nataru tahun lalu. Untuk rute domestik, kenaikan diperkirakan mencapai 10%–25%, sedangkan rute internasional bisa tumbuh 20%–30%, seiring meningkatnya mobilitas masyarakat dan permintaan wisata luar negeri.

Namun meski prospek musim liburan terlihat positif, Bayu mengakui industri masih menghadapi sejumlah tantangan operasional. Salah satunya adalah biaya operasional yang tinggi akibat kenaikan harga avtur dan kurs dolar AS, serta kendala impor suku cadang pesawat.

“Sudah dua sampai tiga tahun ini demand domestik tidak signifikan kenaikannya walaupun sudah dibantu diskon tarif dengan potongan PPN. Kendala operasional masih ada, terutama untuk impor suku cadang, kenaikan kurs USD, dan harga avtur,” ungkapnya.

Baca Juga: Pelita Air dan GMF Aero Asia Jajaki Kerja Perawatan Pesawat di Hanggar Pondok Cabe

Di sisi lain, Bayu menilai absensi penyesuaian tarif batas atas (TBA) untuk rute domestik menjadi tekanan tersendiri bagi maskapai.

Sementara pada rute internasional, tidak adanya pembatasan tarif membuat maskapai cenderung memperluas ekspansi ke pasar luar negeri yang memiliki margin lebih baik.

Ke depannya, Bayu bilang industri penerbangan masih menghadapi tantangan menjaga profitabilitas di tengah struktur biaya yang belum efisien. Maka, deregulasi atau penyesuaian kebijakan tarif menjadi penting agar maskapai dapat menjaga keseimbangan antara pendapatan dan biaya operasional.

“Sepanjang TBA tidak disesuaikan dengan harga terkini untuk avtur dan kurs USD, maskapai akan menghadapi biaya operasional yang tinggi, khususnya untuk rute domestik. Harus ada deregulasi untuk menjamin sisi revenue dan biaya yang seimbang,” tandas Bayu.

Selanjutnya: Menteri PU Sebut Tengah Diskusi Soal Diskon Tarif Tol pada Libur Nataru 2025/2026

Menarik Dibaca: Jadwal Hylo Open 2025 Babak Final, Tiga Wakil Indonesia Siap Rebut Podium Tertinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×