kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri tekstil RI kalah banyak dibanding Vietnam


Senin, 28 November 2016 / 21:15 WIB
Industri tekstil RI kalah banyak dibanding Vietnam


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Benang kusut tampaknya masih dalam bayang-bayang Industri tekstil dan produk tekstil / industri TPT . Persaingan ketat dengan Vietnam serta dukungan dalam negeri makin membuat semrawut industri ini.

Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan bahwa industri tekstil di Indonesia masih kalah saing dengan Vietnam. Tercatat devisa ekspor 2015 industri tekstil di Indonesia masih sebesar US$ 12,3 miliar. Sedangkan di Vietnam sudah mencapai US$ 29,4 miliar per 2015 lalu.

Kontribusi PDB bagi negara pun tekstil Vietnam unggul sebanyak 15% per 2014. Sedangkan di Indonesia pada 2015 kontribusinya baru mencapai 1,21%.

Sebagai salah satu penyumbang tenaga kerja sebanyak 2,8 juta orang tingkat produktivitasnya pun menurut Ade masih kalah. Di Indonesia jam kerja per minggu sebanyak 40 jam, lebih rendah dibanding Vietnam sebanyak 48 jam per minggu. “Apalagi ditambah di Indonesia banyak libur waktu kerjanya dalam setahun,” kata Ade saat dihubungi KONTAN Jumat (25/11).

Daya saing pun makin tambah berat karena dari sisi pendukung energi pun juga kalah. Penggunaan listrik dari PLN menelan biaya US$ 10,5 sen/kWh. Sedangkan di Vietnam hanya US$ 7 sen/kWh. Begitupula dari energi gas yang menekan biaya US$ 9,3/ MMBtu dan di Vietnam sebanyak US$ 7,5 / MMBtu. “Di hilir saja kita masih juga banyak mengimpor kain kemudian diekspor lagi. Padahal kita bisa buat kain sendiri,” kata Ade.

Alhasil harga jual produk tekstil di Indonesia dan Vietnam pun menjadi berbeda. Ade mengatakan perbedaan harga 10% lebih mahal pun sudah sangat berpengaruh bagi investor yang mau menanamkan modal ataupun bagi calon pembeli.

Oleh karena itu, Ade bilang tahun ini diprediksi industri tekstil tidak akan tumbuh bahkan bisa negative dibanding tahun lalu. Tahun depan pun Ade belum bisa optimistis bisa tumbuh.

Walaupun pada 2017 ketika ada persiapan investasi jelang Indonesia Economic Partnership dengan Uni Eropa. “Jadi 2018 bisa ada peningkatan,”kata Ade.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×