Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Hal ini tercermin pada penurunan nilai IKI ekspor, yang disebabkan turunnya permintaan dari negara mitra dagang utama.
IKI ekspor pun mengalami penurunan dari 53,33 pada Maret menjadi 52,26 pada April 2025. Febri mengatakan, pelaku industri manufaktur, terutama yang berorientasi ekspor sedang dalam mode wait and see mencermati dinamika geopolitik dan ekonomi di tengah perang tarif.
“Kami mendapat masukan dari pelaku industri bahwa perang tarif global membuat persepsi pelaku industri tertekan, karena perang tarif ini bisa menghambat akses produk-produk mereka ke pasar internasional Amerika dan adanya distribusi rantai pasok global,” terang Febri dalam konferensi pers yang digelar Rabu (30/4).
Baca Juga: Indeks Kepercayaan Industri Melambat Jadi 52,98 pada Maret 2025
Dari sisi struktur produksi dan permintaan, sekitar 20% produk industri manufaktur nasional diserap untuk pasar ekspor. Sedangkan kontribusi pasar domestik masih dominan, yakni sekitar 80% produk industri diserap oleh pasar dalam negeri yang mencakup belanja pemerintah, swasta dan rumah tangga.
Namun, penurunan IKI tak hanya terjadi di sisi ekspor. IKI domestik juga merosot dari 52,90 di bulan Maret menjadi 51,40 pada April 2025.
"Selain disebabkan menurunnya permintaan dalam negeri, pelaku usaha mulai mengkhawatirkan potensi limpahan produk manufaktur dari negara lain akibat perang tarif global yang berisiko meningkatkan tekanan persaingan di pasar nasional,” ungkap Febri.
Meski di tengah tantangan dan kekhawatiran tersebut, Febri optimistis IKI masih bisa bertahan di fase ekspansi pada sisa tahun ini.
Baca Juga: Tarif Impor AS bawa Dampak ke Pasar Saham, IHSG Bakal Anjlok Tajam?
Febri menegaskan, Kemenperin akan mendengar masukan dari para pelaku industri, guna mendukung iklim produksi dan iklim usaha yang lebih kondusif di tengah perlambatan ekonomi global.
"Kami optimistis IKI masih akan di atas 50 atau ekspansif, mengingat industri manufaktur kita memiliki fundamental dan ekosistem yang kuat, terutama dari sisi demand domestik," tandas Febri.
Selanjutnya: Film Tabayyun Gabungan Cinta, Luka Lama, dan Keberanian Menjawab Stigma
Menarik Dibaca: Film Tabayyun Gabungan Cinta, Luka Lama, dan Keberanian Menjawab Stigma
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News