kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ingat! Jika proyek kilang rampung, tahun 2026 Indonesia tidak lagi impor BBM


Minggu, 28 Juni 2020 / 15:40 WIB
Ingat! Jika proyek kilang rampung, tahun 2026 Indonesia tidak lagi impor BBM
ILUSTRASI. Petugas melintas di depan jaringan pipa minyak di kilang unit pengolahan (Refinery Unit) V, Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (23/10/2019). Refinery Unit V memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah 260 MBSD setara 25 persen dari kapasitas 'intake' nasi


Reporter: Filemon Agung | Editor: Pratama Guitarra

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pada 2026 mendatang Indonesia tak akan lagi mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) seiring kehadiran sejumlah proyek kilang minyak.

Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih bilang pemerintah berharap penambahan kapasitas dapat mulai dirasakan secara bertahap mulai 2022 mendatang.

"Kita harapkan mulai 2022 ada tambahan produk dari RDMP Balongan lalu dari Balikpapan dan 2025 dari Bontang dan 2026 ada tambahan produksi dari Cilacap dan Tuban," terang Soerjaningsih dalam diskusi virtual, Sabtu (27/6).

Ia melanjutkan, dengan rampungnya seluruh kilang tersebut maka kebutuhan produk BBM dalam negeri sudah terpenuhi bahkan melebih kebutuhan yang ada.

Baca Juga: Simak, wacana penghapusan bensin premium dan pertalite terus bergulir Simak, wacana penghapusan bensin premium dan pertalite terus bergulir

Tak hanya itu, Soerjaningsih menjelaskan, pemerintah juga tengah berupaya mendorong pemenuhan kebutuban BBM melalui program B30.

"Masih kita evaluasi untuk sampai B100 dan juga pembangkit listrik yang gunakan BBM kita konversi gunakan gas," ujar Soerjaningsih.

Dalam kesempatan yang sama, CEO Refinery & Petrochemical Subholding (PT Kilang Pertamina Internasional) Ignatius Tallulembang mengungkapkan, lewat pembangunan kilang, kapasitas diharapkan meningkat dari 1 juta barel per hari (bph) menjadi 1,8 juta bph.

"Indonesia saat ini masih impor sekitar 400 ribu bph, kita harus hilangkan impor yang masih berlangsung sampai sekarang," jelas Ignatius.

Ia melanjutkan, sebagian besar negara memilih untuk melakukan impor minyak mentah (crude) ketimbang impor produk BBM. Hal ini menunjukkan, banyak negara memilih untuk membangun kilang dan melakukan pengolahan di kilang masing-masing.

"Ini menyangkut ketahanan energi yang harus dipenuhi, bukan melulu soal keekonomian," terang Ignatius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×