Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Secara keseluruhan, John menargetkan pada tahun 2020, metode rigless bisa ikut berkontribusi menghemat biaya sumur hingga 40% untuk area rawa-rawa (swamp) delta Mahakam dan 50% untuk area lepas pantai (offshore).
"Tahun depan (biaya sumur) kita upayakan turun 40% agar ekonomis," terang John.
Dengan keberhasilan uji coba metode ini, John mengatakan, PHM meneruskan studi untuk memperluas variasi kegiatan operasi pengerjaan sumur tanpa rig. Yakni offline well sidetrack preparation, rigless completion, rigless drilling, serta rigless workover yang sedang dilaksanakan di Lapangan Tunu, Tambora, Handil dan offshore.
Baca Juga: Masuk semester II, pengeboran Pertamina baru 36,93% dari target
Seperti diketahui, realisasi lifting minyak dan gas PHM menjadi sorotan lantaran terus menurun sejak diambil alih dari Total E&P Indonesia sejak dua tahun lalu. Berdasarkan data dari SKK Migas, hingga semester I 2019 lifting minyak PHM baru mencapai 34.680 barel per hari (bph) atau 69% dari target APBN 2019 sebesar 50.400 bph.
Lifting gas PHM juga masih jauh dari target, yakni 662 MMscfd atau 60% dari target 1.100 mmscfd. John bilang, hasil yang tak mencapai target tersebut terjadi lantaran adanya penurunan alamiah di Blok Mahakam.
Kendati begitu, John menyebut bahwa pihaknya terus melakukan upaya untuk menjaga produksi. Antara lain dengan terus melakukan pengeboran sumur. Pada tahun ini, PHM menargetkan bisa mengebor 118 hingga 121 sumur.
Baca Juga: SKK Migas siap bentuk cluster migas demi efisiensi KKKS
Hingga awal September lalu, jumlah sumur yang sudah dibor mencapai 80 sumur, dan terus bertambah. "Itu dinamis, angkanya terus bergerak, sampai sekarang terus bertambah ke angka 90-an. Kita lakukan upaya percepatan secara pararel," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News