Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Transisi energi dengan menggunakan kendaraan listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) dinilai akan berdampak luas bagi perekonomian. Seperti bisa mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) hingga membuka lapangan kerja baru.
Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyampaikan, setidaknya terdapat empat dampak positif dari pengembangan industri baterai terhadap sektor energi hijau dan juga perekonomian.
Baca Juga: Blue Bird (BIRD) Bakal Tambah 500 Unit Kendaraan Listrik pada 2024
Di antaranya, pertama, bisa mengurangi emisi CO2 hingga 14 juta ton per tahun. Adapun pemerintah sendiri menargetkan pengurangan emisi CO2 pada 2035 dari ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) R2 sebesar 12 juta, dan KBLBB R4 sebesar 1 juta.
Kedua, penggunaan baterai listrik pada kendaraan diperkirakan akan mengurangi impor Bahan Bakar minyak (BBM) sebesar 26,1 juta barel per tahun. Ini juga termasuk pada pengurangan BBM dan program De-dieselisasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel 500 MW yang akan diganti dengan Battery Energy Storage System (BESS).
“saya sebelumnya di Pertamina dan ‘tukang impor.’ Satu tahun kita pernah menghabiskan hampir US$ 26 miliar untuk impor BBM dan LPG atau sekitar Rp 500 triliun. Kalau kita menggunakan mobil EV, kita akan menghemat hampir 26,1 juta barel per tahun,” tutur Toto dalam agenda Media Center Indonesia Maju dengan tema Diskusi “Hilirisasi untuk Negeri” Senin (11/12).
Baca Juga: BNI Berkomitmen Triliunan Rupiah Untuk Kredit Hijau
Ketiga, Toto menyampaikan, industri baterai EV diperkirakan akan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Rp 3.826 triliun selama 30 tahun operasi berdasarkan kajian dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI) pada 2022 lalu.
Keempat, industri baterai listrik juga akan berkontribusi besar membuka lapangan kerja baru sebanyak 150 ribu orang per tahun baik untuk pekerjaan langsung dan tidak langsung.
“Jadi paling monumental Indonesia adalah akan diresmikan di Karawang dan memulai produksi baterai pertama sebesar 10 GWH pada Februari 2024 ini, dan mereka membangun baterai packnya dan sudah integrasi dengan kendaraan listrik,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News