Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rencana investasi akan menjadi salah satu isu yang akan dibahas pihak Uni Eropa dengan pemerintah Indonesia dalam acara European Union-Indonesia Business Dialoge (EIBD), pada 19 November nanti di Jakarta. Ini alasan mengapa Uni Eropa ingin menambah investasi di Indonesia.
Olof Skoog, European Union Ambassador mengatakan bahwa rencana presiden Jokowi mencanangkan pertumbuhan ekonomi 7% memerlukan dorongan investasi. "Pertumbuhan ekonomi yang begitu besar perlu investasi. Investasi itu bisa bergulir menjadi efek domino ke penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan produk domestik, dan bisa mengurangi impor dengan produk buatan Indonesia," ujar Olof pada acara konferensi pers EIBD, Jumat (14/11).
Harvey Rouse, Counsellor Head of Economic and Trade Section European Union mengatakan bahwa investasi total negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa menempati peringkat kedua dari penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada tahun ini. "Nilai investasi total Uni Eropa di Indonesia mencapai US$ 3,2 miliar. Kami diatas Jepang dan China," ujar Harvey.
Olof mengatakan pihaknya menyambut baik niatan presiden Jokowi untuk mempermudah birokrasi, dan memberikan jaminan investasi di Indonesia. "Itu salah satu daya tarik bagi kami, kepastian investasi untuk jangka panjang dan kemudahan berinvestasi," ujar Olof.
Ke depan pihaknya mengatakan akan membidik investasi di sektor-sektor seperti otomotif, agribisnis, makanan dan minuman, infrastruktur, maritim, logistik, farmasai dan kosmetik serta energi.
Namun pihaknya tidak membeberkan target investasi Uni Eropa ke depan. Pasalnya keputusan investasi ada di masing-masing perusahaan swasta Eropa. Pihaknya hanya mengakomodir komunikasi kerjasama ekonomi kedua belah pihak.
Namun pihaknya memberikan gambaran potensi investasi ke deyang masih sangat besar. "Uni Eropa tercatat sebagai penyutik PMA terbesar di dunia. Dari total investasi kami 20%-nya ke negara Asia. Adapun sebesar 12% dari Asia kami investasikan di Indonesia, yang pada 2014 sudah mencapai US$ 3,2 miliar. Kami ingin tingkatkan terus, jadi potensinya masih sangat besar," ujar Harvey.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News