kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rajawali masuk ke bisnis olahan daging sapi


Selasa, 29 Januari 2013 / 10:10 WIB
Rajawali masuk ke bisnis olahan daging sapi
ILUSTRASI. Intip kurs dollar-rupiah Bank Mandiri jelang tengah hari ini, Senin 27 September 2021./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/09/08/2021,


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Tak hanya berjualan sapi hidup, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) bersiap masuk ke bisnis olahan daging sapi. Mulai tahun ini, RNI akan memproduksi daging olahan seperti bakso. Manajemen menargetkan, produksi daging olahan seberat 600 ton per bulan.

Demi memuluskan rencana itu, RNI menggandeng pengelola sebuah rumah potong hewan (RPH) di Nusa Tenggara Barat. Produksi daging olahan dan daging beku milik RNI akan dipasarkan ke wilayah Jawa, seperti Surabaya dan DKI Jakarta. "Kalau dibawa dalam bentuk olahan dan daging, biaya transportasinya tak semahal mengirim sapi hidup," kata Ismed Hasan Putro, Direktur Utama RNI, Senin (28/1).

Saat ini, RNI menyiapkan 60.000 ekor sapi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Nantinya, sebanyak 200 ekor sapi akan dipotong setiap hari. Dari jumlah itu, "Sebanyak 20 ton per hari akan kami kirim ke Jawa dan Bali dalam bentuk daging beku dan bakso," kata Ismed.

RNI juga mengalokasikan dana untuk pengembangan dan penggemukan sapi senilai Rp 65 miliar. Perusahaan pelat merah ini juga bakal berkolaborasi dengan RPH milik Pemerintah Provinsi NTB. "Dana program kemitraana dan bina lingkungan (PKBL) senilai Rp 65 miliar untuk pengembangan 60.000 ekor sapi selama tahun ini," kata Ismed.

Gayung bersambut. Pemprov NTB menyiapkan RPH dengan lahan seluas 37 hektare (ha). "Kami menerapkan konsep plasma dan masyarakat yang
menjadi penggerak utama," tutur Ismed.

Zamkhani, Deputi Bidang Industri Primer Kementerian BUMN, menyatakan, biaya transportasi daging beku dan bakso dari NTB ke Jawa jauh lebih efisien daripada transportasi sapi hidup.

Kementerian BUMN bahkan ingin RNI membentuk unit usaha baru, yaitu Sapi Rajawali Indonesia. RNI akan mengelola perusahaan ini dengan pola plasma sapi, yang dipelihara oleh petani daerah. Daerah yang menjadi target penggemukan sapi adalah NTB.

Zamkhani menilai, konsep tersebut berpotensi menekan harga daging sapi di Jawa yang belakangan ini melonjak akibat kelangkaan daging sapi. Dia mengakui, kebutuhan daging sapi di Jawa saat ini memang tinggi, namun, pasokan sapi dari pulau lain seperti Sumatera sebenarnya masih mencukupi.

Bahkan di luar Jawa, ada sapi yang tidak jadi dipotong lantaran kebutuhan sudah terpenuhi semua. "Di wilayah Sumatera, PTPN mau menjual 500 sapi saja susah," ujar dia.

Menurut Zamkani, penyebaran sapi dan kebutuhan daging sapi di Indonesia tidak merata. Kebutuhan daging sapi sangat tinggi di Jawa dan berbanding terbalik dengan penyediaan daging sapi di luar Jawa.

Seperti diketahui, pemerintah berencana mewujudkan swasembada daging sapi pada 2014. Selain mengurangi impor, pemerintah akan menambah
populasi sapi potong.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, mengatakan, untuk menambah populasi sapi, ada program integrasi sawit dan sapi. "Program ini di semua BUMN pemilik kebun sawit dengan target tahun ini 100.000 ha," tutur Syukur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×