Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
Kendati banyak peluang yang terbentang dalam pengembangan LNG, Fajriyah tidak menampik bahwa masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi ke depannya.
Menurutnya, tantangan sekaligus peluang LNG yang dilihat Pertamina saat ini yaitu harga LNG yang terus bergerak mengikuti harga ICP minyak, sehingga perencanaan jangka panjang menjadi tantangan tersendiri. Kecuali apabila pihaknya bisa mendapatkan kontrak jangka panjang dengan harga yang cukup menarik untuk dapat diserap di dalam negeri.
"Skema bisnis LNG juga bersifat terintegrasi dan dedikatif, mengingat prosesnya yang cukup panjang untuk dapat sampai ke end user," kata dia.
Sama halnya dengan di luar negeri, pasar luar negeri juga akan melihat proyeksi terhadap demand dan supply LNG sebagai pilihan energi untuk pemenuhan kebutuhan energi mereka.
Untuk pasar luar negeri, Subholding Gas melakukan pendekatan dengan pemain LNG di negara-negara target yaitu Filipina, Myanmar, Vietnam dan Thailand. Selain itu, Pertamina juga mulai mengarahkan kepada pasar global dengan Jepang, Korea, Taiwan, China, negara Asia Tenggara, India, Pakistan, Turki, dan negara-negara Eropa sebagai negara target.
Pada tahun tahun 2035, diperkirakan pertumbuhan demand LNG akan berasal dari China, ASEAN, dan Asia Selatan (Bangladesh dan Pakistan). "Negara-negara seperti China dan India adalah dua negara yang sangat concern terhadap energi yang lebih ramah lingkungan, sehingga akan meningkatkan demand energi di masa yang akan datang," tandasnya.
Selanjutnya: Pertamina Hulu Rokan kapalkan perdana 350.000 barel minyak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News