Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor properti, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) memproyeksi bahwa penjualan properti di Jakarta dan Surabaya pada semester II 2024 tidak akan jauh berbeda dengan paruh pertama 2024.
Direktur CTRA Harun Hajadi menyatakan hal ini disebabkan bahwa tidak ada stimulasi khusus maupun hal buruk yang dapat menghambat kinerja penjualan properti.
"Kelihatannya penjualan properti akan kurang lebih sama dengan semester I 2024 karena tidak ada stimulasi maupun berita buruk, misalnya seperti kenaikan suku bunga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (7/7).
Tahun ini, CTRA menargetkan perolehan marketing sales sebesar Rp 11,2 triliun. Ciputra Development telah meraih Rp 3,3 triliun sekitar 30% dari target marketing sales di kuartal I 2024. Perolehan ini meningkat 24% dari kuartal I 2023.
Baca Juga: Kinerja Ciputra Development (CTRA) Ditopang Proyek Baru, Cek Rekomendasi Analis
Harun mengatakan bahwa kenaikan ini didorong oleh penjualan stok dan maksimalisasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditanggung Pemerintah (DTP) yang berlaku hingga tahun ini.
CTRA masih fokus pada proyek landed house. Proyek tersebut meliputi CitraLand Surabaya, CitraGarden City Jakarta, CitraLand Tanjung Morawa Kota Deli Megapolitan, Citra City Sentul, CitraGarden Serpong, CitraRaya Tangerang, dan CitraGarden Bintaro.
Selain di daerah tersebut, CTRA juga fokus pada proyek landed house di Deli dan Gresik bertajuk Citraland City Sampali Kota Deli Megapolitan dan Citraland Gresik Kota.
CTRA juga mengembangkan Citraland City Sampali, dengan luas pengembangan tahap I sebesar 35 hektare, untuk kalangan menengah dan menengah atas dengan harga rumah mulai dari Rp 1,6 miliar hingga Rp 4,1 miliar. Proyek ini telah dirilis pada Januari 2024 dan telah menjual 353 unit dengan total prapenjualan Rp856 miliar di kuartal I 2024.
"Properti yang naik daun di Jakarta dan Surabaya adalah properti atau rumah yang harganya sekitar Rp 1,5 miliar-an. Harga di bawah Rp 1 miliar kelihatannya masih sulit karena pembiayaan dan affordability," kata Harun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News