CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Ini Strategi Industri Nikel Hadapi Tekanan Stigma 'Dirty Nickel'


Jumat, 21 November 2025 / 19:22 WIB
Ini Strategi Industri Nikel Hadapi Tekanan Stigma 'Dirty Nickel'
ILUSTRASI. Stigma dirty nickel masih membayangi pengembangan hilirisasi nikel nasional.. (KONTAN/Cheppy A Muchlis)


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stigma dirty nickel masih membayangi pengembangan hilirisasi nikel nasional.

Kekhawatiran terhadap dampak lingkungan, mulai dari aktivitas penambangan hingga proses pengolahan, membuat pelaku industri dituntut memperkuat tata kelola dan praktik pertambangan berkelanjutan.

Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif menegaskan, implementasi good mining practice menjadi syarat mutlak untuk menjawab tudingan tersebut.

Praktik pertambangan yang baik mencakup rangkaian proses yang saling terkait dan tidak bisa dinegosiasikan, mulai dari penyelidikan umum, studi kelayakan, hingga pemulihan pascatambang.

Baca Juga: Anak Usaha Trimegah Bangun Persada (NCKL) Terlibat Jual-Beli Biji Nikel Saprolit

Menurut Irwandy, semua tahap harus berjalan dan tidak boleh mengabaikan aspek lingkungan, keselamatan kerja, konservasi sumber daya, serta program CSR. Kepatuhan hukum dan keterbukaan informasi juga wajib.

“Sepertinya perusahaan menengah ke atas sebagian besar sudah menerapkan. Tetapi harus dipertanyakan pertambangan menengah ke bawah atau yang kecil,” ujar dia dalam keterangan resmi, Jumat (21/11/2025).

Selain tata kelola pertambangan, penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) juga dinilai menjadi kunci memenangkan kepercayaan pasar global.

“ESG ini satu-satunya senjata kita supaya diterima di [pasar] Eropa atau Amerika,” tegas Irwandy.

Irwandy menambahkan, sektor nikel perlu mengadopsi teknologi bersih, termasuk penggunaan alat tambang rendah emisi dan bahan bakar nabati, hingga pemanfaatan electric vehicle untuk menekan biaya operasional.

Baca Juga: Perkuat Praktik Zero Waste Mining, Narita Nickel Ubah Limbah Nikel Jadi Media Tanam

Dari sisi pengolahan, isu lingkungan terbesar adalah penanganan sisa hasil pemurnian atau tailing.

Akademisi ITB Irwan Iskandar mengatakan, meski risiko lingkungannya tidak sebesar komoditas lain, volume limbah nikel sangat besar sehingga membutuhkan solusi pengelolaan yang lebih efektif.

Menurut Irwan, dengan penguatan tata kelola, penerapan ESG, dan inovasi teknologi pengelolaan limbah, industri nikel dinilai memiliki peluang untuk menghapus stigma dirty nickel sekaligus memperkuat daya saing di pasar global.

Selanjutnya: AFPI: Produk Asuransi Khusus Fintech Lending Masih Tahap Pembahasan

Menarik Dibaca: Raditya Dika Umumkan Tur Cerita Anehku ke Enam Kota Tahun Depan, Amankan Tiketnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×