kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.918.000   12.000   0,63%
  • USD/IDR 16.395   6,00   0,04%
  • IDX 7.550   -68,02   -0,89%
  • KOMPAS100 1.058   -6,27   -0,59%
  • LQ45 798   -6,91   -0,86%
  • ISSI 255   -0,71   -0,28%
  • IDX30 413   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 473   -3,89   -0,82%
  • IDX80 120   -0,65   -0,54%
  • IDXV30 124   0,66   0,54%
  • IDXQ30 131   -1,42   -1,07%

Ini Strategi Panca Budi (PBID) untuk Mengejar Pertumbuhan 10% pada Semester II-2025


Rabu, 30 Juli 2025 / 14:13 WIB
Ini Strategi Panca Budi (PBID) untuk Mengejar Pertumbuhan 10% pada Semester II-2025
ILUSTRASI. PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) masih optimistis mengejar target pertumbuhan penjualan sekitar 10% pada tahun ini. .foto Dok.PT Panca Budi Idaman


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) masih optimistis mengejar target pertumbuhan penjualan sekitar 10% pada tahun ini. Emiten yang bergerak di bisnis barang plastik kemasan ini berupaya untuk mendongkrak kinerja di sisa tahun 2025.

Berkaca dari performa separuh tahun 2025, emiten plastik dengan merek dagang Tomat dan Wayang ini mengemas penjualan bersih senilai Rp 2,55 triliun, tumbuh penjualan  2,82% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan semester I-2024, yang kala itu sebesar Rp 2,48 triliun.

Penjualan kemasan plastik tetap menjadi kontributor utama dengan menyumbang 66,27% terhadap total penjualan PBID pada semester I-2025. Penjualan kemasan plastik PBID stabil di level Rp 1,69 triliun.

Baca Juga: Panca Budi Idaman (PBID) Tebar Dividen Rp 412,5 Miliar, Cek Jadwal Pembagiannya

Selain itu, penjualan PBID bersumber dari segmen bijih plastik sebesar Rp 698,83 miliar, yang mengalami pertumbuhan sebanyak 13,81% (yoy). Sedangkan segmen bisnis lain-lain menyumbang Rp 159,35 miliar atau turun 8,15% (yoy).

Direktur & Sekretaris Perusahaan Panca Budi Idaman, Lukman Hakim mengungkapkan penjualan PBID masih fokus ke pasar domestik. Sementara porsi penjualan ekspor masih mini, yakni di bawah 5%.

Menurut Lukman, kinerja penjualan yang masih mampu tumbuh di tengah tantangan ekonomi dan daya beli masyarakat menujukkan daya tahan bisnis PBID. "Buktinya omzet kami nggak turun, masih bagus. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga sebenarnya masih cukup baik dibandingkan sejumlah negara lain," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (29/7/2025).

Lukman pun optimistis peluang PBID untuk mengerek naik penjualan masih terbuka pada semester II-2025. PBID mengusung Business-to-Consumer (B to C) dengan mengandalkan pasar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan pasar tradisional.

Salah satu segmen dengan potensi pasar yang menarik adalah kemasan untuk makanan dan minuman. "Kami terus melakukan ekspansi pasar dengan meningkatkan jaringan distribusi untuk menjaga ketersediaan produk, meningkatkan kualitas dan layanan, inovasi dan diversifikasi produk, serta meningkatkan brand value," imbuh Lukman.

Dengan berbagai strategi tersebut, Lukman meyakini PBID bisa mengejar target pertumbuhan penjualan 10% pada akhir tahun 2025. Hanya saja, untuk perolehan laba bersih, Lukman enggan memberikan proyeksi.

Baca Juga: Bidik Pertumbuhan Penjualan 10%, Begini Strategi Panca Budi Idaman (PBID) di 2025

Lukman bilang, ada banyak variabel eksternal yang bisa memengaruhi perolehan laba bersih. Merujuk kinerja semester I-2025, pertumbuhan penjualan PBID belum bisa mengerek naik perolehan laba.

Beban pokok penjualan yang naik 7,14% (yoy) menjadi Rp 2,10 triliun telah memangkas laba bruto PBID sebanyak 13,87% (yoy) dari Rp 521,17 miliar menjadi Rp 448,88 miliar. Secara bottom line, laba bersih PBID merosot 23,34% (yoy) dari Rp 252,43 miliar menjadi Rp 193,50 miliar pada semester I-2025.

Lukman membeberkan penurunan laba PBID disebabkan oleh sejumlah faktor. Antara lain akibat pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menembus level Rp 16.800 per dolar Amerika Serikat.

Fluktuasi nilai tukar akan mempengaruhi harga pokok PBID lantaran sebagian bahan baku masih dipenuhi secara impor. Faktor lain yang memengaruhi laba adalah pengeluaran untuk Tunjangan Hari Raya (THR).

Baca Juga: Menilik Strategi Bisnis Panca Budi Idaman (PBID) pada Tahun 2025

Lukman yakin PBID bisa membukukan laba yang lebih baik pada semester II-2025, karena tidak ada lagi biaya THR serta fluktuasi nilai tukar yang sudah lebih stabil. Selain itu, PBID juga terus meningkatkan efisiensi biaya operasional.

Selanjutnya: Berlaku Agustus, Jual Aset Kripto di Platform Asing Kena PPh Final 1%

Menarik Dibaca: Gempa Rusia 8,7 M, BMKG Rilis Peringatan Dini Siaga Tsunami di Daerah Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×