kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,77   12,46   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi transisi energi yang disampaikan Menteri ESDM dalam Konferensi IEA


Jumat, 10 Juli 2020 / 07:12 WIB
Ini strategi transisi energi yang disampaikan Menteri ESDM dalam Konferensi IEA
ILUSTRASI. Menteri ESDM Arifin Tasrif


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif kembali menegaskan komitmen Indonesia dalam memperluas pemanfaatan serta mendorong investasi energi terbarukan. 

Arifin memaparkan hal tersebut saat menjadi pembicara di pertemuan virtual International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transitions Summit.

Ajang pertemuan global yang diklaim terbesar di bidang energi & iklim itu mengumpulkan lebih dari 40 menteri dari negara-negara yang mewakili 80% penggunaan dan emisi energi global. 

Baca Juga: Kementerian ESDM: Perpres energi terbarukan masih pembahasan

Arifin mengatakan, untuk memenuhi permintaan energi, Indonesia telah menetapkan target 23% energi terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2025.

"Kebijakan ini, dikombinasikan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi hingga 29% pada tahun 2030, merupakan jalan yang jelas menuju sistem energi yang lebih bersih," kata dia dalam keterangan resmi Kementerian ESDM yang dikutip Kontan.co.id, Kamis (9/7) petang.

Arifin menjelaskan, salah satu dari banyak dampak pandemi covid-19 di sektor energi tercermin dalam penurunan yang signifikan pada konsumsi energi global karena penerapan kebijakan isolasi dan lockdown. Namun sisi baiknya, kebijakan lockdown juga membawa dampak positif bagi pengurangan signifikan emisi CO2 di Indonesia.

"Oleh karena itu, selama masa yang penuh tantangan ini, produksi energi harus disesuaikan untuk menciptakan keseimbangan baru dan untuk meningkatkan proses transisi energi bersih," lanjut dia. 

Dia membeberkan, untuk mencapai target dan mendorong investasi energi terbarukan, Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempersiapkan Peraturan Presiden tentang Feed in tariff.

Di saat yang bersamaan, Indonesia juga menggunakan potensi energi terbarukan untuk menyediakan pasokan energi bagi masyarakat di daerah terpencil dan terluar. Pemerintah juga menargetkan untuk mengganti semua pembangkit listrik tenaga diesel dalam tiga tahun ke depan.

Baca Juga: Kementerian ESDM upayakan tak ada lagi pencabutan izin wilayah kerja panas bumi

Arifin bilang, Indonesia juga sedang mencari terobosan untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batubara. Salah satunya dengan mekanisme co-firing biomassa pada pembangkit listrik batubara untuk mengurangi emisi dan meningkatkan peran energi terbarukan.

"Kami juga berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batubara tua dan menerapkan teknologi energi batubara ramah lingkungan," ungkap Arifin.

Menurutnya, biomassa juga sangat penting dalam proses transisi energi bersih Indonesia, mengingat biomassa adalah sumber energi terbarukan, dapat diolah dalam bentuk limbah dan sekaligus mengurangi emisi.

Saat ini, Indonesia tengah mempersiapkan fasilitas pemanfaatan limbah ke energi di 14 kota, mengintegrasikan pengelolaan limbah dan pembangkit listrik. Di samping itu, Indonesia juga meningkatkan pemanfaatan biomassa sebagai alternatif bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan industri.

"Dalam transportasi, kami saat ini sedang mengembangkan biofuel untuk secara bertahap mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dengan memperkenalkan biodiesel dan membangun kilang hijau (green refinery) untuk memaksimalkan potensi minyak sawit (Fatty Acid Methyl Ester/FAME)", Jelas Arifin.

Baca Juga: Pemerintah tetapkan HIP Biodiesel bulan Juli sebesar Rp 7.321 per liter

Untuk memastikan keberlanjutannya, investasi dalam pemanfaatan teknologi dan sistem diperlukan, apalagi Indonesia memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia. Arifin mengatakan, Indonesia juga bekerjasama dengan berbagai mitra dalam program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+).

"Kami telah menetapkan target yang berani untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama dari sektor hutan dan penggunaan lahan. untuk mencapai target ini, salah satunya adalah melalui kemitraan dengan Kerajaan Norwegia dalam model kinerja harga karbon terverifikasi, yang telah terbukti mengurangi setara dengan 11,2 Juta ton CO2," pungkas Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×