kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini strategi yang disiapkan perusahaan semen di semester II-2019


Jumat, 23 Agustus 2019 / 21:15 WIB
Ini strategi yang disiapkan perusahaan semen di semester II-2019
ILUSTRASI. Buruh mengangkut sak semen di gudang penyimpanan


Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Semen Indobesia (ASI) mencatat, sepanjang semester I 2019 permintaan industri semen tertekan 2,2% year on year (yoy) dari 30,04 juta ton per tahun. 

Adapun penurunan permintaan paling tinggi terjadi Sumatera sebesar 6,3% yoy, diikuti permintaan di pulau Jawa sebesar 2,8% yoy, dan Kalimantan 1,2% yoy. Sementara beberapa wilayah di Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Indonesia Timur mencatatkan pertumbuhan 20,8% yoy secara total.

Penurunan permintaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan beberapa perusahaan semen seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR). 

Baca Juga: Sandimas akan mulai ekspansi tahun depan

Berdasar laporan keuangan yang disampaikan, pendapatan bersih INTP justru  naik 7.71% menjadi Rp 6,98 triliun dari sebelumnya Rp 6,48 triliun saja. Sementara itu, dilihat dari laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, INTP juga mencatatkan kenaikan 80% dari sebelumnya Rp 355,1 miliar.

Berdasar data yang dihimpun Kontan.co.id, kinerja INTP di sepanjang semester I 2019 banyak ditopang oleh efisiensi di berbagai lini. Pendorong lain, kata Corporate Secretary INTP Antonius Marcos, turunnya harga batu bara dan penguatan rupiah terhadap dolar AS turut menekan biaya produksi. 

Ke depannya, INTP terus berusaha melakukan efisiensi di berbagai lini dan mempertahankan pangsa pasar utamanya, yang secara area meliputi Jabodetabek dan Jawa bagian barat. 

Baca Juga: Akusisi Semen Holcim Bikin Semen Indonesia (SMGR) Jadi Lebih Efisien, Ini Alasannya

"Kami lakukan cost efficiency dengan hanya menjalankan pabrik-pabrik terbaru, optimalisasi delivery semen dari terminal-terminal terbaru," kata Antonius berdasar data yang dihimpun Kontan.co.id,  (13/7)

Memperkuat sistem distribusi tidak hanya menjadi kunci INTP bertahan di semester II, strategi serupa akan dilakukan juga oleh Semen Baturaja. Perusahaan semen yang memiliki pasar di wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung itu telah menerapkannya sepanjang semester I 2019. 

Secara total permintaan di pasar Sumbagsel menurun 13,4% yoy. Akan tetapi, SMBR bisa mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 2% yoy.  Salah satunya karena di Sumatera Selatan di mana SMBR menguasai hampir 60% dari pasar semen di wilayah itu bertumbuh 9% yoy.  

"Kami lihat memang banyak hal yang kami lakukan, terutama dalam perbaikan sistem distribusi," kata Direktur Keuangan SMBR, M Jamil, Rabu (21/8).

Perusahaan pada saat itu berupaya mengikat kontrak jangka panjang 5 tahun, sehingga menjamin semen Baturaja selalu tersedia di pasaran. Menurut manajemen, ini cukup berhasil meningkatkan market share dan penjualan di semester I-2019. 

Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) catat pertumbuhan penjualan 2%

Perusahaan menilai, ketersediaan produk di setiap daerah pemasaran Semen Baturaja menjadi hal yang penting. Oleh karenanya,  perusahaan akan memperkuat sistem distribusi dan chanelling. Di samping, promosi yang terus digalakkan.  

Salah satu strateginya adalah dengan membangun fasilitas terintegrasi dengan jaringan transportasi kereta api Palembang Panjang. Fasilitas bernama cement making center ini ditargetkan akan selesai di bulan September mendatang.

Selain itu, SMBR berupaya melakukan diversifikasi produk untuk memperluas  pasar. Nantinya, produk turunan SMBR tidak hanya produk semen tetapi juga produk non semen lainnya, seperti semen mortar, pembuatan bata ringan, dan batching plant. 

Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) catat pertumbuhan penjualan 2%

Asal tahu saja,  di tengah lesunya permintaan di industri semen, Semen Baturaja mencatatkan pendapatan sebesar Rp 833,46 triliun, naik 6,3%,yoy dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp783,51 triliun.

Sayangnya, kenaikan pendapatan ini berbanding terbalik dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yang tertekan 69% yoy menjadi Rp 7,5 triliun dari sebelumnya Rp 24,09 triliun.

Sebagai catatan, tertekannya laba SMBR salah dikarenakan beban usaha yang melonjak 64,11% yoy dari sebelumnya Rp 147,77 triliun menjadi Rp 242,52 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×