kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi yang disiapkan perusahaan semen di semester II-2019


Jumat, 23 Agustus 2019 / 21:15 WIB
Ini strategi yang disiapkan perusahaan semen di semester II-2019
ILUSTRASI. Buruh mengangkut sak semen di gudang penyimpanan


Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .

Secara total permintaan di pasar Sumbagsel menurun 13,4% yoy. Akan tetapi, SMBR bisa mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 2% yoy.  Salah satunya karena di Sumatera Selatan di mana SMBR menguasai hampir 60% dari pasar semen di wilayah itu bertumbuh 9% yoy.  

"Kami lihat memang banyak hal yang kami lakukan, terutama dalam perbaikan sistem distribusi," kata Direktur Keuangan SMBR, M Jamil, Rabu (21/8).

Perusahaan pada saat itu berupaya mengikat kontrak jangka panjang 5 tahun, sehingga menjamin semen Baturaja selalu tersedia di pasaran. Menurut manajemen, ini cukup berhasil meningkatkan market share dan penjualan di semester I-2019. 

Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) catat pertumbuhan penjualan 2%

Perusahaan menilai, ketersediaan produk di setiap daerah pemasaran Semen Baturaja menjadi hal yang penting. Oleh karenanya,  perusahaan akan memperkuat sistem distribusi dan chanelling. Di samping, promosi yang terus digalakkan.  

Salah satu strateginya adalah dengan membangun fasilitas terintegrasi dengan jaringan transportasi kereta api Palembang Panjang. Fasilitas bernama cement making center ini ditargetkan akan selesai di bulan September mendatang.

Selain itu, SMBR berupaya melakukan diversifikasi produk untuk memperluas  pasar. Nantinya, produk turunan SMBR tidak hanya produk semen tetapi juga produk non semen lainnya, seperti semen mortar, pembuatan bata ringan, dan batching plant. 

Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) catat pertumbuhan penjualan 2%

Asal tahu saja,  di tengah lesunya permintaan di industri semen, Semen Baturaja mencatatkan pendapatan sebesar Rp 833,46 triliun, naik 6,3%,yoy dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp783,51 triliun.

Sayangnya, kenaikan pendapatan ini berbanding terbalik dengan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk, yang tertekan 69% yoy menjadi Rp 7,5 triliun dari sebelumnya Rp 24,09 triliun.

Sebagai catatan, tertekannya laba SMBR salah dikarenakan beban usaha yang melonjak 64,11% yoy dari sebelumnya Rp 147,77 triliun menjadi Rp 242,52 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×