kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini syarat yang harus dipenuhi pengembang EBT jika ingin mengakses pendanaan global


Selasa, 28 April 2020 / 17:50 WIB
Ini syarat yang harus dipenuhi pengembang EBT jika ingin mengakses pendanaan global
ILUSTRASI. Proyek Energi Baru Terbarukan (EBT)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Opsi pendanaan untuk proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT) berpotensi meningkat seiring kebijakan sejumlah raksasa lembaga keuangan asal Jepang yang berhenti mendanai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara. Hanya memang, tidak sembarangan proyek EBT bisa leluasa mengakses pembiayaan global.

Sebagai informasi, The Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menyatakan tidak lagi menerima permintaan pendanaan untuk proyek PLTU batubara. Kebijakan ini mengikuti beberapa lembaga keuangan Jepang lainnya.

Misalnya, Mizuho yang memangkas pendanaan untuk proyek PLTU batubara sampai 2030 dan menjadi nol pada 2050. Lalu, ada Japan’s Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) yang akan menghentikan pendanaan untuk proyek PLTU batubara dan tambang batubara baru mulai 1 Mei mendatang.

Mundur di akhir tahun lalu, Mitsubishi UFJ Financial Group juga memutuskan berhenti mengalirkan dana untuk proyek PLTU batubara.

Baca Juga: Opsi pembiayaan PLTU berkurang, pemerintah ciptakan iklim investasi EBT lebih baik

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyampaikan, beberapa lembaga keuangan tadi sebenarnya sudah turut mendanai proyek EBT di samping proyek PLTU. Logikanya, karena tidak lagi membiayai proyek PLTU, maka alokasi pendanaan dari bank dan lembaga keuangan tersebut ke proyek EBT akan lebih besar.

“Tetapi perlu dipahami bahwa pembiayaan ini tergantung pada ketersediaan proyek yang memerlukan pembiayaan dan sesuai dengan profil risiko dari lembaga-lembaga tersebut,” terang dia, Selasa (28/4).

Umumnya, lembaga keuangan internasional akan menilai kelayakan finansial dan risiko proyek EBT dalam melakukan project financing, ditambah dengan penilaian terhadap aspek environmental, Social, and governance (ESG). Ini adalah indikator untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan dari investasi atau proyek yang akan dibiayai pelaksananya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×