kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini tanggapan Hippindo soal kabar dijualnya kios-kios di mal dan pusat belanja


Kamis, 02 September 2021 / 06:10 WIB
Ini tanggapan Hippindo soal kabar dijualnya kios-kios di mal dan pusat belanja


Reporter: Vina Elvira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang melanda Tanah Air sejak tahun lalu berdampak terhadap berbagai sektor bisnis. Sektor ritel merupakan satu dari sekian bidang usaha yang sangat terpukul oleh gempuran pandemi ini. 

Berdasarkan pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, ada sekitar lima pusat perbelanjaan atau mal yang terancam dijual karena sepi pengunjung pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). 

Salah satunya, ada Mal Ujung Berung Town Square (Ubertos) Kota Bandung, yang akhir-akhir ini ramai di media sosial akan dijual. 

Baca Juga: Kios-kios di pusat perbelanjaan terancam tutup dan dijual, ini tanggapan APPBI

Menanggapi kabar tersebut, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan bahwa sebenarnya kegiatan jual-beli atau pemindahtanganan mal atau pusat belanja itu sudah terjadi sejak sebelum pandemi. Hal itu merupakan strategi bisnis dari para pengelola untuk bertahan. 

Namun demikian, dengan adanya pandemi Covid-19 semakin mempersulit keadaan para peritel. Sehingga dampaknya, tidak sedikit dari pusat belanja maupun kios yang terpaksa dijual atau dilelang karena pemasukan yang menurun drastis.

"Jadi logikanya pasti terjadi hal-hal tersebut. Seperti ada kios yang dijual atau dilelang. Ini adalah dampak dari pandemi sehingga hotel, restoran, mal, serta toko-toko yang ada di pusat belanja ada yang dijual," kata Budihardjo kepada Kontan.co.id, Rabu (1/9). 

Baca Juga: 5 Mal di Bandung terancam dijual

Lebih lanjut dia bilang, pengetatan kebijakan PPKM sejak beberapa bulan lalu, sontak membuat kunjungan mal pun turun drastis. Hal itu lantas berimbas kepada penurunan pemasukan peritel, baik itu penyewa toko maupun pengelola mal. 

"Pasti terjadi kesulitan dari penyewa yang membayar sewa ke mal, karena mal itu hidupnya dari penyewaan. Kami ini asosiasi penyewa, dari kami sudah susah. Saat ini kami sudah kesulitan membayar sewa, sudah pasti malnya juga berkurang income-nya," sambung dia. 

Adapun, selama PPKM darurat atau ketika mal ditutup, kunjungan ke mal hanya berada di kisaran 10%-20% saja. Hal itu utamanya disebabkan oleh penutupan sarana hiburan dan juga pelarangan masyarakat untuk makan di tempat atau dine in

Baca Juga: WHO tegur Indonesia karena mobilitas di Jawa naik seperti sebelum pandemi

Namun, kata Budiharjo, setelah kebijakan PPKM diperlonggar dan mal kembali dibuka, kunjungan ke mal mulai berangsur pulih dan memperlihatkan peningkatannya ke angka 30%. Kondisi ini salah satunya ditopang oleh kebijakan dine in di mal, sehingga kunjungan pun mulai meningkat. 

"Sudah mulai timbul progres kenaikan perlahan tapi pasti. Pelan-pelan sudah mulai naik, ditambah paling penting restoran boleh dine in. Pada saat restoran take away, sepi sekali malnya. Tapi pada saat sudah boleh dibuka, sudah mulai ada proses trafik mulai masuk lagi perlahan-lahan," kata Budiharjo. 

Meskipun begitu, sektor ritel sebenarnya masih jauh dari kata pulih. Dibutuhkan dukungan dari pemerintah agar sektor ritel bisa bangkit kembali. Dukungan tersebut bisa hadir lewat kebijakan-kebijakan yang pro-peritel dan berdasarkan masukan-masukan dari mereka. 

"Berikan bantuan modal kerja buat para peritel yang sudah satu tahun lebih ini kehabisan dana. Tekan biayanya bisa berupa dengan kebijakan yang tepat, sehingga sewa bisa enggak terlalu mahal, biaya karyawan enggak terlalu mahal. Dengan konsisten ini selama dua tahun, sektor ritel bisa pulih kembali, " pungkas dia.  

Baca Juga: Belanja masyarakat kelas menengah atas pulih, ini saham rekomendasi analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×