Reporter: Dimas Andi, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
ADRO belum menetapkan target produksi di tahun depan. Namun, perusahaan ini masih akan konsisten memproduksi batubara kalori sedang dalam jumlah besar.
Baca Juga: Menteri ESDM panggil petambang batubara bahas soal harga DMO US$ 70 per ton
Febriati melanjutkan, ke depannya sebagian hasil produksi batubara ADRO akan digunakan sebagai pasokan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Bhimasena Power Indonesia dan PLTU Tanjung Power Indonesia. Kedua PLTU yang dikelola oleh PT Adaro Power tersebut rencananya akan beroperasi di tahun 2020 nanti.
"Kami juta mengoperasikan tambang batubara kokas Adaro Metcoal di Kalimantan Tengah dan tambang kestrel di Australia untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik baja," imbuh Febriati.
- Belum akan akuisisi tambang
Tren penurunan harga batubara masih berpeluang terjadi di tahun depan. Terkait hal tersebut, ADRO memilih untuk tidak mengakuisisi lahan tambang, baik lahan yang sudah beroperasi atau lahan baru, di tahun depan. Emiten ini pun akan fokus mengembangkan tambang batubara yang sudah ada.
"Kami akan menjaga tingkat produksi guna mempertahankan cadangan batubara secara jangka panjang," ujar dia, Selasa (10/12).
Baca Juga: Indeks sektor tambang kembali naik, apa kata dua analis ini?
Febriati menambahkan, alasan ADRO belum berkeinginan mengakuisisi lahan tambang dalam waktu dekat lantaran perusahaan juga sedang fokus mengembangkan bisnis pembangkit listrik.
Catatan Kontan, ADRO melalui anak usahanya PT Tanjung Power Indonesia sedang membangun pembangkit listrik berkapasitas 2x100 MW di Kalimantan Selatan. Proyek tersebut ditargetkan selesai akhir tahun ini.
Perusahaan juga sedang membangun pembangkit listrik melalui PT Bhimasena Power Indonesia yang berkapasitas 2x1.000 MW di Batang, Jawa Tengah. Hingga semester satu lalu proyek ini sudah berjalan 79%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News